Aku memilih muhasabah sebagai waktu untuk bermesra - mesraan denganNya. Percaya atau tidak tiap kali aku muhasabah diri, aku merasa jarak ku dengan Allah sangatlah dekat, lebih dekat dari urat nadi.
Setiap malam sebelum tidur aku selalu merenungi apa - apa saja yang kulakukan disetiap harinya. Dalam satu hari itu adakah sesuatu hal yang membuatku bermanfaat, atau adakah hal maksiat yang justru aku lakukan.
Aku menyadari bahwa dosaku lebih banyak daripada pahala, entah itu karena aku yang sampai saat ini belum bisa membahagiakan ibuku, aku yang tak tahu telah mempermudah ayahku "disana" atau bahkan semakin menyusahkannya, aku yang belum bisa menjadi sosok kakak yang baik untuk adik-adikku, aku yang mungkin seringkali melukai perasaan orang terdekatku entah itu sahabat maupun teman, aku yang tingkahnya, sifatnya, lisannya dan sebagainya yang mungkin menyakitkan orang - orang sekitar atau bahkan menyakiti diri sendiri.
Seringkali aku bertanya - tanya, apakah orang sepertiku ini aku layak di syurga? Apakah orang sepertiku ini pantas untuk ampuni dan dicintai Allah? Sungguh aku malu padaNya, karena aku merasa dosaku sudah seperti gunung, seperti air lautan yang tak lagi mampu untuk dibendung.
Ditiap kali renungan tak jarang air mataku turun sendiri, tumpah sejadi - jadinya namun tanpa suara. Semua teriakan ku suarakan sekencang - kencangnya didalam hati, hingga aku tertidur dengan sendirinya. Pada saat antara jarak air mata yang mengalir dengan kelelahan tubuhku itulah kerap kali aku merasa bahwa Allah sedang memeluk tubuhku dengan erat. Nafas kasih sayangNya sangat terasa mengalir didalam tubuh dengan penuh kelembutan.
Lepas dari tidur Allah membangunkanku di sepertiga malamNya, seakan Ia menyuruhku untuk bertemu denganNya, menghamparkan sejadah, mengajakNya bercerita, seakan Ia mau aku berkeluh kesah meluapkan semua yang kurasa hanya kepadaNya. Disujud terakhir tiap rakaat genaplah aku juga kerap kali tak bisa membendung air mataku, semuanya kutumpahkan mulai dari memohon ampunan, doa - doa, namun jika terlalu sesak didada semuanya kutumpahkan tanpa berkata satu katapun "Allah hears your hearts intention before your lips whisper your request". Pada saat itu jugalah kerap kali aku merasa bahwa Allah sedang mengelus kepalaku dengan belaian kasih sayangNya, seraya berkata "jangan bersedih, Aku selalu ada untukmu wahai umatKu, bangunlah, menjadi kuatlah dan bersabarlah semuanya akan baik - baik saja, Aku sedang mempersiapkan sesuatu yang sangat indah untukmu, jangan malu untuk menghadap kepadaKu, Aku selalu memaafkanmu dan selalu merahmatimu".
Kenyamanan dan kasih sayangNya yang aku rasakan membuatku sedikit lupa tentang apa itu rasa sakit.
Sungguh Allah maha pengampun lagi maha mengasihi...
Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik - baik pelindung. Takdir Allah pasti baik, dan aku tak mungkin ditimpa sesuatu ujian melebihi kapasitas diriku sendiri. Allah tahu aku lemah, tapi Allah yang kuatkan. Alhamdulillah.
Karena Allah lah yang ternyata paling aku butuhkan.
Karena Allah lah yang paling mengenal siapa diriku,
Karena Allah lah yang paling tahu niatku.
Karena Allah lah yang paling mencintai dan mengasihi kita, bahkan jauh sebelum bumi ini terbentuk. Maka untuk mu yang hari ini sedang sedih karena apapun itu, tanamkan dalam diri kau bukanlah apa yang orang lain pikirkan dan kau lebih kuat dari apa yang kau pikirkan.
Cukuplah Allah bagimu, cukuplah Allah bagimu, cukuplah Allah bagimu.
Kau hanya butuh Tuhanmu.
Hamparkan saja sejadahmu, bercerita kepada Allah, lantunkan surat - surat cintaNya, lakukan perbaikan, dan menyusun langkah - langkah baru.
Maka kau akan merasakan Kasih sayangNya nyata untukmu..
Dari aku yang tak mau kau bersedih dan kecewa
karena Berat
Biar aku saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar