Mawar hanya mengungkapkan rasa sakitnya pada orang yang ia cintai, pada orang yang ia percayai. Namun ternyata justru responnya sangat tidak baik menurut penerimaannya. Mawar dijatuhkan, dimarahi, disalahkan, disebut lemah dan tak punya daya juang, disebut tidak akan maju dan tidak berkembang. Lalu Mawar membenarkan semua ucapannya. Hingga sesak tak terkira yang ia rasakan, hingga retak berpilu - pilu.
Kembali Mawar terdiam, bertanya - tanya pada Tuhan, kepedihan apa kiranya yang dulu ia lakukan hingga kini ia harus rasakan. Lalu sesaat kemudia Mawar menjadi terdiam kosong, pandangannya sangat jauh, bertanya - tanya namun "hampa" tak ada jawaban.
Seketika Mawar tersentak sadar, terbangun dari lamunannya yang dalam. Mawar berusaha bangkit dan bertekad ingin meluaskan kesabarannya agar kepedihan dapat berbuah kebaikan. Semua rasa yang ia eluhkan pada Allah tidak akan sia - sia. Pada saat itu juga perasaan Mawar jauh lebih tenang. Mawar memang tak mendapatkan jawaban atas pertanyaan - pertanyaannya itu, namun hati dan pikirannya justru telah membimbingnya pada sebuah jalan keluar yang tak ia sadari seluarbiasa itu Allah telah menyembukan lukanya sedikit demi sedikit.
Mawar duduk di bangku kerjanya kemudian mengambil buku hariannya, ia menuliskan beberapa kalimat untuk memotivasi dirinya jika kelak ia teringat akan lukanya itu,
Dunia ini harus melihatmu berdiri dengan begitu anggun.
Dunia ini tidak boleh melihat kehancuranmu dititik nadirmu.
Tidak boleh
Karena kau adalah milik Allah.
Sampai kapan pun kau adalah milik Allah.
Maka tentu saja kau tak layak hancur didepan manusia.
Kau memiliki Tuhan yang maha penyayang, dimana setiap kebaikanNya akan menguatkan setiap langkah.
Kau hanya boleh hancur sehancur - hancurnya didepanNya saja. Menangis, mengadu, meratapi, menyesal dan memohon dengan penuh keyakinan yang tidak pernah berbatas.
Sesungguhnya kau adalah seseorang yang pasrah pada setiap ketentuanNya. Dan ketentuan - ketentuan dariNyalah yang terbaik untuk kau jalani.
Semenjak saat itu banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri Mawar Kusuma. Ia memutuskan untuk mengambil jalan yang dipilihkan oleh Allah, mengejar cinta Allah saja, berusaha untuk memperbaiki dirinya, serta yakin dan percaya bahwa Allah akan menjamin sebuah kebahagiaan untuknya. Banyak hal yang ia lakukan mulai dari meningkatkan ibadah wajib, menambah dan merutinkan ibadah sunnah, menjalankan program "The 9 Golden Habbits", giat mempelajari hal - hal baru yang bermanfaat, rutin membaca dan menulis, gigih menambah hafalan, serta mengevaluasi diri.
Sekarang Mawar begitu menikmati prosesnya dalam mencintai Allah. Mawar tak mau melewatkan kesempatan emas ini, baginya ini adalah kesempatannya yang terakhir. Ke-Istiqomahannya akan diuji disini. Hidup matinya ditentukan dari sini, apakah kembali mengulangi kesalahan yang sama atau bahkan justru lulus ujian. Kali ini Mawar benar - benar bertekad besar, tidak akan lagi main - main dengan takdir Allah. Semuanya Ia pasrahkan kepada Allah. Mimpi besarnya kini, menjemput takdir dengan cara yang Allah ridhoi.
Kini hidup Mawar sudah jauh lebih baik, jauh lebih tenang. Luka dihatinya memang belum sembuh seutuhnya, namun Ia yakin secepatnya luka itu akan berganti dengan kebahagiaan.
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar