LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGANTAR TEKNOLOGI
PERTANIAN
FIELDTRIP
KE PAGAR ALAM
OLEH
:
NURHASHIFAH AGRIANI
05021182320012
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Negara Agraris adalah sebutan untuk Negara
Indonesia yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani. Indonesia merupakan salah satu Negara pegunungan yang
juga terdiri dari bukit-bukit dan sebagian besar dari pegunungan yang ada di Indonesia masih dalam keadaan aktif . Karena Indonesia
merupakan wilayah pegunungan, maka suhu atau iklim di Indonesia cocok untuk
tanaman yang membutuhkan suhu rendah
atau dingin, contohnya adalah tanaman teh dan kopi.
Tanaman teh masuk ke Indonesia dibawa oleh Dr. Andreas
eyer(1686) yang berkebangsaan Belanda. Teh sudah dikenal di Cina sejak zaman
dahulu, yaitu dijadikan minuman para bangsawan dan digunakan sebagai obat. Pemerintah
Belanda(1728) mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk
dibudidayakan di pulau Jawa. Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh
Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan
bagi pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van
Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat
Indonesia.
Kopi adalah salah satu komoditi yang
dihasilkan oleh Negara Indonesia, karena tanaman kopi dapat
tumbuh dengan baik di Indonesia. Produksi kopi di Indonesia saat ini mencapai
600.000 ton per tahun. Lebih dari 80 persen produksi tersebut berasal
dari perkebunan rakyat. Proses
pengolahan kopi di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh industri rumah tangga
yang masih menggunakan teknologi yang sederhana. Akibatnya produk kopi kita
hanya laku dipasar dalam negeri dan tidak mampu bersaing dengan produk kopi
dari negara lain seperti Brazil.
Harga
kopi dipasaran cukuplah tinggi, ini disebabkan karena biaya perawatan tanaman
kopi cukup mahal. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan kualitas yang baik,
sekarang para pengelola kopi banyak menggunakan teknologi modern.
Padi merupakan bahan makanan yang
menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian
besar penduduk Indonesia. Dalam
pengelolaan lahan sawah untuk penanaman padi, diperlukan traktor untuk
membajaknya.
Teknologi
pertanian mempunyai ruang lingkup tersendiri, antara lain prapanen, pasca
panen, dan teknik pengolahan hasil. Di bidang teknologi pertanian kita dapat
mempelajari tentang alat-alat dan mesin pertanian serta cara pengolahan hasil
pertanian tersebut hingga dapat digunakan. Dalam pertanian dikenal juga
mekanisme pertanian, baik untuk pengolahan tanah, untuk mendapatkan atau menaikkan
air, maupun untuk mengolah hasil pertanian
yang spesifik sesuai fungsi masing-masing.
B.
Tujuan
Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa tentang teknologi pertanian terhadap proses pengolahan
teh, kopi, dan pengetahuan tentang pengolahan lahan
pertanian terutama untuk tanaman padi mulai dari pembukaan lahan sampai panen. Selain itu agar para mahasiswa dapat mengetahui proses
pengolahan, cara kerja mesin, produksi yang dihasilkan, dan pengenalan
lapangan. Sehingga diharapkan untuk masa yang akan datang munculnya
sarjana-sarjana yang ahli dalam bidang pertanian dan mampu menerapkan teknologi
pertanian dalam dunia pertanian, baik secara teori dan praktek.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Teh
Teh merupakan sumber non-migas yang mantap sebagai sumber
devisa bagi Negara maupun sebagai penyedia lapangan kerja dan pendapatan petani
(Dinas Perkebunan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan, 1990). Tanaman teh sebagai tanaman perdagangan, semakin berkembang pesat,jenis tanaman
Teh juga berkembang menjadi beraneka ragam. Keragaman ini adalah hasil
dari penyilangan berbagai jenis tanaman teh serta pengaruh
tanah dan iklim yang menghasilkan hasil panen yang berbeda. Hingga saat ini,
seluruh dunia kurang lebih terdapat 1.500 jenis teh yang berasal dari 25 negara yang berbeda. .
Teh (Camellia
sinensis, L) merupakan produk perkebunan yang memiliki arti yang sangat
menunjang dari segi perekonomian Negara.
Teh sebagai produk perkebunan sangat disukai oleh masyarakat sebagai
minuman. Teh sangat disukai karena tidak menimbulkan efek tertentu bila
diminum, bahkan dipercaya mampu memberikan daya awet muda. Dari daun-daun teh
yang dipetik segar dilakukan pengolahan shingga teh menjadi produk yang dapat
di perdagangkan (Nazaruddin, 1993).
Teh
banyak digemari masyarakat internasional, namun konsumsi teh di Indonesia masih
rendah, yaitu 190 g/ kapita/ tahun. Oleh sebab itu, usaha perkebunan teh baik
dari perkebunan rakyat, swasta maupun perkebunan Negara sebagai produsen
berorientasi ekspor, industri dan konsumsi dalam negeri. Teh di Indonesia ada 3
jenis berdasarkan cara pengolahannya, yaitu teh hitam (black tea/ fermented
tea), teh hijau (green tea/ anfermented tea) dan teh wangi (jasmine tea).
Sedangkan di Taiwan ada satu jenis legi yaitu teh oolong (semi fermented tea)
yang merupakan hasil dari pengolahan antara teh hijau dan teh hitam (setiawan,
1985).
Orientasi
kearah ekspor dan industri harus disetai dengan eningkatan mutu, karena teh
kespor akan bersaing dengan teh dari Negara-negara lain. Di samping itu, pihak
produsen perlu mengusahakan inovasi pengolahan. Perubahan cara proses
pengolahan teh hitam dari ortodoks ke proses CTC (Crushing, tearing dan Curing)
merupakan langkah-langkah positif untuk memperleh teh dalam jumlah lebih besar
volume seduhannya dengan jumlah bahan yang sama (Anggeraini, 2000).
Teh
sebagai bahan minuman, agar tetap digemari konsumen harus mempunyai mutu yang
tinggi dan selalu konstan. Untuk memperoleh hasil yang baik harus sesuai dengan
prinsip-prinsip pengolahan teh yang benar seperti melaksanakan pengendalian
yang ketat dalam setiap langkah-langkah pengolahan. Mutu hasil kerja
pengolahanteh hitam pada saat ini masih perlunya peningkatan dan keseragaman
pedoman pengolahan dari setiap tahapan proses pengolahan teh hitam CTC agar
diperoleh hasil dengan mutu yang seragam (PTP Nusantara VIII, 1996).
Saat ini
sudah banyak produk teh yang disajikan dalam bermacam-macam bentuk seperti teh
kering yang dalam kemasan (teh celup), teh instant, air teh yang dikemas yang
rasanya dapat berupa rasa teh asli dan penambahan rasa dari buah yang banyak
menarik minat dari masyarakat pada saat ini.
B. Kopi
Untuk
dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal, kopi harus
memerlukan atau memenuhi persyaratan antara lain :
1. Iklim (Yang meliputi tinggi tempat 0 – 2100 meter dari
permukaan laut)
2. Temperatur (Antara 16 – 22o C dengan
rata-rata 21o C)
3. Curah Hujan yang
Optimum (Curah hujan yang optimum adalah adalah 2000 – 3000 mm per tahun)
Penanaman
kopi memerlukan beberapa persiapan antara lain persiapan bahan tanaman dan
persiapan areal. Kopi dapat tumbuh dan dibiakkan melalui dua cara yaitu secara
generatif dan secara vegetatif. Pembiakkan generatif adalah pembiakan dengan
menggunakan semayan, yaitu tanaman yang berasal dari biji. Pembiakan vegetatif
adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian dari tanaman, cara ini
dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan sambungan dan stek.
Persiapan
bahan tanaman meliputi persiapan benih, penyemaian benih dan pembibitan.
Persiapan areal meliputi persiapan tanah (pembukaan, pengolahan dan terras),
penanaman tanaman naungan, pembuatan lubang tanaman. Setelah semua persiapan
selesai maka penanaman kopi dapat dilaksanakan. Jarak tanaman harus dipilih
sesuai dengan jenis kopi.
Penanaman
kopi dilakukan pada musim hujan atau pada awal musim hujan. Akar kopi
diusahakan agar tidak mengelopak di satu tempat akan tetapi harus melebar dalam
lubang.
Setiap
jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan temperatur yang
berbeda-beda. Jenis arabika dapat hidup pada 1000-1700 m diatas permukaan laut
dengan suhu 16-20o C. Jenis robusta dapat hidup pada 500-1000 m
diatas permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut dengan suhu
20o C. Jenis liberika dapat hidup baik di dataran rendah.
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman
kopi minimal dalam 1 tahun 1000-2000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau
3-4 bulan, tetapi pada waktu itu harus sering ada hujan yang cukup. Musim
kemarau yang dikehendaki maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat,
sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi 2
minggu. Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim
kemarau, karena angin ini akan mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan
juga dapat mematahkan pohon pelindung. Pohon pelindung yang dapat digunakan
adalah lamtoro ataupun dadap.
Untuk mengurangi hal-hal tersebut di
tepi-tepi kebun ditanam pohon penahan angin. Tanaman kopi menghendaki tanah
yang baik untuk pertumbuhan, yaitu banyak mengandung bahan organik, struktur
tanah yang baik dan gembur, lapisan olah
tanah cukup dalam, kemasaman tanah (pH) 5,5-6,5 %, tata udara dan air tanah
baik (drainase).
Faktor-faktor curah hujan, pemupukan dan pelaksanaan
pemangkasan adalah erat hubungannya dengan kemampuan menghasilkan daripada
tanaman kopi. Pengaturan naungan ditujukkan terutama untuk memberi cukup cahaya matahari. Pada kopi
robusta batang ganda menunjukkan bahwa pembukaan naungan berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan tanaman dan produktivitas panen pertama. Dalam
pemeliharaan tanaman ini yang perlu diperhatikan adalah membersihkan rumput,
pengolahan tanah, perbaikan terras dan pupuk.
Dalam
pemeliharaan tanaman kopi perlu disiangi setiap 3 bulan sekali. Sedangkan jenis
pupuk yang dibutuhkan untuk tanaman kopi adalah jenis pupuk yang mengandung
unsur hara N, P, dan K.
Waktu pemupukan adalah pada awal musim hujan yang
diberikan setengah dosis nitrogen (N), satu dosi P2O5 dan
satu dosis K2O, diberikan pada akhir musim hujan Tanaman kopi (coffea.
sp) yang ditanam di perkebunan rakyat pada umumnya adalah kopi jenis
Arabica (Coffea Arabica),
Robusta (Coffea Canephora),
Liberika (Coffea liberica) dan
hibrida (hasil persilangan antara 2 varietas kopi unggul). Beberapa klon kopi
unggul, khususnya untuk kopi arabika telah disebarkan luaskan di sentra-sentra
penghasil kopi. Klon-klon tersebut antara lain adalah Kartika 1 dan 3 , USDA
762, lini S 795, $ 1934 dari India dan hibrido de timor dari Timor-Timur. Kedua
klon yang terakhir masih dikembangkan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Jember. Sedangkan untuk jenis robusta, klon-klon unggul yang telah dikembangkan
antara lain adalah BP 409, BP 358, SA 237, BP 234, BP 42 dan BP 288.
Kopi merupakan tanaman keras yang sangat dikenal sebagai
bahan baku minuman. Buah kopi terdiri
dari empat bagian yaitu :
- Lapisan kulit luar (Exocarp)
- Lapisan daging (Mesocarp)
- Lapisan kulit tanduk (Endocarp)
- Lembaga
Pada buah yang masih muda kulit luar berwarna hijau tua
dan berangsur-angsur berubah menjadi merah sampai hitam pada buah yang telah
masak. Dalam keadaan yang sudah masak, daging buah akan berlendir dan rasanya
agak manis.
Komposisi kimia kopi berbeda beda tergantung pada
varietas kopi, tanah tempat tumbuh dan pengolahan kopi. Komposisi yang
terpenting adalah kafein yang berfungsi sebagai perangsang dan kafeol sebagai
unsur flavor (Soenaryo, 1993).
Tabel
Komposisi kimia kopi
BAHAN
|
KOPI BERAS
|
KOPI SANGRAI
|
Air
|
11,25
|
1,15
|
Kafein
|
1,21
|
1,24
|
Lemak
|
12,27
|
14,48
|
Gula
|
8,55
|
0,66
|
Cellulosa
|
18,07
|
10,89
|
Bahan yang
mengandung N
|
12,07
|
13,98
|
Bahan yang
tidak mengandung N
|
32,58
|
45,09
|
Abu
|
3,92
|
4,75
|
Di Indonesia dikenal dua jenis sistem pengolahan kopi
yang biasa digunakan dalam industri, yaitu ;
1.
Pengolahan kopi
basah
Pada pengolahan kopi dengan cara ini setelah pengupasan
kulit buah maka dilakukan tahap fermentasi yang bertujuan untuk menghilangkan
lender yang tersisa dpermukaan kulit tanduk.
2.
Pengolahan kopi
kering
Pengolahan kopi dengan cara ini tidak melakukan tahap
fermentasi tetapi langsung dilakukan pengeringan serta pengupasan kulit buah.
C. Pengelolaan
Sawah
Pengolahan
bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras
menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi
humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air
sehingga dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga
perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan)
sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga
tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Tahapan pengolahan tanah
sawah pada prinsipnya mencakup kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
a.
Pembersihan
Pematang sawah
dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat agak tinggi. Fungsi utama
Pematangdisaat awal untuk menahan air selama pengolahan tanah agar tidak
mengalir keluar petakan. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan
kebutuhan air selama ada tanaman padi.
Saluran atau
parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan. Kegiatan tersebut bertujuan
agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa
masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah
dibersihkan sebelum tanah diolah.
Jerami tersebut
dapat diangkut ke tempat lain untuk pakan ternak, kompos, atau bahan bakar.
Pembersihan sisa–sisa tanaman dapat dikerjakan dengan tangan dan cangkul.
b.
Pencangkulan
Setelah
dilakukan perbaikan Pematangdan saluran, tahap berikutnya adalah pencangkulan.
Sudut–sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak atau traktor.
Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat pengolahan tanah.
c.
Pembajakan
Pembajakan dan
penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan tersebut bertujuan
agar tanah sawah melumpur dan siap ditanami padi. Pengolahan tanah dilakukan
dengan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi
air agar gembur. Lama penggenangan sawah dipengaruhi oleh kondisi tanah dan
persiapan tanam. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali. Dengan pembajakan ini
diharapkan gumpalan–gumpalan tanah terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah
tersebut kemudian dihancurkan dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang
rata. Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat
merata. Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedengan–bedengan.
Antara bedengan satu dengan bedenglainnya berupa saluran kecil. Ujung saluran
bertemu dengan parit kecil di tepi galengan yang berguna untuk memperlancar air
irigasi.
·
Pengolahan tanah merupakan
faktor yang berpengaruh langsung terhadap hasil padi selain faktor-faktor lainnya
seperti pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit dll
·
Pengolahan tanah dapat
dilakukan secara kering atau basah. Tetapi yang biasanya dilakukan pada umumnya
adalah secara basah
·
Cara pengolahan tanah dapat
menggunakan tenaga manusia, hewan atau alat-alat mesin pertanian.
Secara
Umum Pengolahan tanah meliputi 3 fase:
1.
Penggenangan tanah sawah sampai
tanah jenuh air.
2.
Membajak sebagai awal pemecahan
bongkah dan membalik tanah.
3.
Menggaru untuk menghancurkan
dan melumpurkan tanah.
·
Untuk 3 fase pengolahan tanah
tersebut menggunakan 1/3 kebutuhan air dari total kebutuhan air selama
pertumbuhan tanaman
·
Pengolahan tanah dengan cara
basah yaitu tanah sawah dibajak dalam keadaan basah dan digaru memanjang dan
menyilang sampai tanah melumpur dengan baik.
·
Pengolahan tanah paling lambat
15 hari sebelum pemindahan bibit
Ciri-ciri
tanah yang telah selesai olah dan siap untuk ditanami:
1.
Tanah terolah sampai berlumpur
2.
Air tidak lagi banyak merembes
ke dalam tanah
3.
Permukaan tanah rata
4.
Pupuk tercampur rata
5.
Bersih dari sisa gulma dan
tanaman
III.
METODOLOGI
A. Tempat
Tempat pelaksanaan
fieldtrip ini adalah di Kota Pagar Alam dengan rincian perjalanan sebagai
berikut,
1.
PTPN VII di Gunung
Dempo
2.
Pembuatan Kopi Pak
Endy dan Pak Sya’ban
3.
Pengolahan sawah di
daerah Jentik’an
B.
Waktu
Fieldtrip ini dilaksanakan pada tanggal 26 April 2013
hingga 28 April 2013
dengan agenda
sebagai berikut,
1.
27 April 2013 : Kunjungan ke PTPN VII, Pembuatan
Kopi Pak Endy
dan Pak Sya’ban
2.
28 April 2013 : Pengolahan sawah di daerah
Jentik’an
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Hasil yang didapat setelah melakukan kunjungan lapangan
adalah sebagai berikut:
1. Jenis-jenis teh hasil produksi PTPN VII terbagi menjadi 2
jenis, yaitu teh hitam dan teh hijau yang dibuat dengan beberapa tahapan yaitu penyediaan
pucuk daun segar, pelayuan,
penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi dan pengemasan.
2. Pengolahan kopi, walaupun kami tidak melihat pengolahan
kopi ini secara langsung yang dikarenakan beberapa hal, maka hanya sedikit yang
bias diamati, yaitu tempat pengolahan kopi dari mulai dijemur, dipisahkan dari
biji dengan kulit ari sampai proses penggilingan biji kopi, hingga menjadi kopi
yang siap dipasarkan dalam bentuk pengemasan.
3. Pengolahan sawah di Desa Jentik’an menggunakan alat bajak
hand tractor(traktor tangan).
B.
Pembahasan
- Pengolahan Teh
Penghasilan
teh Pagar Alam atau disebut perkebunan teh di gunung dempo pada ketinggian
rata-rata 1500
m di atas permukaan laut. Teh gunung dempo memiliki aroma, rasa dan warna yang
khas. Ini semua dipengaruhi oleh kriteria pemetikan pucuk daun teh. Karena
kriteria pemetikan pucuk daun teh ada dua jenis, pertama pemetikan medium dan
yang kedua pemetikan kasar.
PTPN VII didirikan pada masa penjajahan Belanda pada
tahun 1929, dan telah mengalami tiga kali renovasi dari bangunan sampai
alat-alat produksinya tapi tanpa mengubah struktur dasar bangunan.
Teh merupakan salah satu komoditi tanaman bonsai yang diambil
pucuk segarnya. Tapi dalam pengolahannya yang banyak diambil adalah pemetikan
medium karena kualitas yang dihasilkan lebih baik dari yang kasar. Dari
pemetikan medium itu dihasilkan produk teh hijau dan teh hitam. Sedangkan yang
diproduksi oleh PTPN VII adalah teh hitam. Ini berasal dari bahan yang sama
tetapi dalam memproduksinya yang berbeda.
Teh memiliki sifat yang higrokopis yaitu mudah
terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.
Macam-macam teh :
1. Teh Hitam
Teh
hitam adalah jenis teh yang diproduksi oleh PTPN VII. Untuk memenuhi tuntutan
masyarakat akan teh yaitu tidak hanya sebagai obat juga bisa dikonsumsi sebagai
minuman dengan tidak mengurangi fungsinya sebagai obat. Teh hitam dempo pagar
alam telah memenuhi kebutuhan akan teh untuk daerah sumatera selatan dan
sebagian telah dieksport keluar negeri. Teh
hitam telah dikenal sebagai obat di
negara Cina sejak 4735 tahun yang lalu. Teh hitam selain berkhasiat sebagai
obat juga dimanfaatkan sebagai soft drink, karena memiliki rasa segar dan nikmat
bila dinikmati dibandingkan teh hijau. Sistem pengolahan di teh hitam di
Indonesia dikenal dengan dua, yaitu sistem orthodox (orthodox murni dan
orthodox rotorvane) yang sering digunakan, dan sistem CTC yang relatif baru.
2. Teh Hijau
Teh
hijau telah dikenal di negeri Cina pada tahun 4375 SM sebagai obat untuk
mengatasi penyakit jantung, antioksidan, kolesterol, darah tinggi dan lain-lain yang pada waktu itu banyak
dikonsumsi oleh para bangsawan. Dimana pada proses pembuatan teh hijau ini tidak mengalami fermentasi sehingga
pengolahan teh hijau ini cukup sederhana.
Proses
pembuatan teh :
Pada
proses pemetikan pucuk daun teh ada beberapa kriteria, antara lain :
1.
Petikan kasar
2.
Petikan halus
Petikan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik
jika dilakukan dengan konsisten. Pengolahan teh ada dua jenis yaitu, pengolahan
teh hijau, dan pengolahan teh hitam. Pengolahan teh hijau dan teh hitam
mempunyai proses yang berbeda, karena pada teh hijau dilakukan proses pelayuan
tetapi tidak dilakukan proses fermentasi kemudian digiling pada penggilingan.
Sedangkan pada teh hitam semua proses harus dilakukan yaitu dari mulai proses
pelayuan, penggilingan kemudian fermentasi lalu proses penggeringan, penyortiran
jenis bubuk teh,tes rasa, aroma sampai penggemasan. Untuk menghasilkan produksi
yang banyak, baik, dan layak dijual untuk konsumen.
Pada
pengolahan dan pembuatan teh dilakukan proses-proses sebagai berikut :
4. Penyediaan
pucuk daun segar
Mutu
teh hitam hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya, yaitu daun
segar hasil petikan, dan akan mudah dicapai apabila bahan segarnya bermutu
baik. Pucuk yang bermutu adalah daun muda yang utuh, segar dan berwarna
kehijauan.
5. Pelayuan
Pada tahap ini terdiri dari beberapa
langkah :
a.
Pembeberan pucuk
Pucuk
disebar sampai palung penuh dengan ketebalan ± 30 cm, dan udara segar segera
dialirkan untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk dengan pintu palung
terbuka. Setiap selesai membeberkan pucuk dalam satu palung, pintu palung
ditutup dan udara terus dialirkan.
b.
Pengaturan udara
Udara
yang baik untuk digunakan dalam proses pelayuan adaah udara yang bersih dengan
kelembaban rendah (60% - 75%), suhu tidak melebihi 280 C, dan volume
yang cukup sesuai dengan kapasitas palung. Untuk memperoleh suhu udara yang
diharapkan, diperlukan mesin pemanas (heat
exchanger).
c.
Kapasitas palung pelayuan
Berdasarkan
luas hamparan, palung pelayuan dapat menampung 20- 40 kg pucuk segar.
d.
Tingkat pucuk layu
Tingkat
layu pucuk dinyatakan dalam bentuk persentase layu dan derajat layu. Tingkat
layu pucuk yang baik adalah 44% - 46% dengan toleransi perbedaan dari hari ke
hari tidak lebih dari 2% - 3%, disertai dengan hasil layu yang rata.
e. Lama pelayuan
Pelayuan dilakukan antara 16-20 jam dengan
Rh 75 % dengan suhu < 300C agar daun menjadi lembut, selain itu
aroma dan warna hijaunya tetap terjaga. Kelembaban harus diatur sehingga
terjadi respirasi pada daun sehingga daun layu sutra ( aroma, warna hijau tetap
dan lembut ) kelembaban dapat diatur dengan mengubah suhu bola panas dan bola
kering kelembaban dapat mempengaruhi
aroma dan rasa the. Alat yang digunakan untuk pelayuan wathering traf sebanyak 40 unit 1 unit bisa menampung 1-1,5 ton sehingga kapasitasnya 40 ton perhari.
6.
Penggilingan
Relative
Humidittynya harus diatas 95% penggilingan dilakukan pada suatu alat OTR ( Open
Top Ruler ). Tujuannya adalah agar terjadi reaksi oksidai enzimatis ( Enzim
atau sel-selnya pecah ). Teh merupakan tanaman hodrokopis yang apabila
dibiarkan > 120 menit maka akan berbau masam ( permentasi ) sebelum
dilakukan penggilingan pertama-tama dilakukan proses penggulungan selama 40 menit
yang bertujuan untuk memperkecil partikel-partikel.
Setelah dilakukan penggilingan
maka teh selanjutnya disaring dengan ayakan bergetar (Double Indian hole
pracker). Hasilnya lalu dimasukkan ke dalam rak-rak baki. Sedangkan sisanya
dimasukkan ke dalam PCR (Press Craf Roller) agar partikel sisa menjadi lebih
kecil. Disamping itu PCR ini menggiling dan memotong partikel sisa. Suhu teh
harus dijaga tetap 26,70C.
7.
Fermentasi
Alat yang digunakan adalah Water
Hairdrayer. Pada ruangan fermentasi Rhnya antara 97% - 98 % atau 24 –250C.
Kondisi ini harus tetap dijaga mengingat teh merupakan tanaman hidroskopis.
Selain itu ruangan harus tetap steril.
2.
Drying
Temperatur ruangan berkisar antara 35 – 40
0C, pada proses pengeringan ini diharapkan teh berkadar air 3 – 4%.
Ada 2 alat yang digunakan dalam proses pengeringan yaitu:
a.
FBD (Fluide bad
drayer) ; pada alat ini teh dihaluskan kembali.
b.
TSD (Toot Spray
Drayer)
Dimana teh yang dihasilkan langsung dapat
dikunsumsi.
3.
Sortasi
Pemisahan bubuk teh menjadi bebrapa grade.
Grade-grade yang dihasilkan antara lain:
a.
BOP (Broken Orange
Pecko), bagian silver tip atau tulang daun tua.
b.
BOPF ( Broken
\orange Pecko Fenisis)
c.
PF ( Pecko Fennis)
d.
Dust
e.
BD (Broken Dust)
f.
BT( Broken Tea)
Untuk grade dust biasanya banya
diekspor ke negara Timur tengah. Sedangkan untuk grade BOP dan BOPF biasanya
diekspor ke negara-negara eropa.
Kualitas
teh :
a.
Outdoor Quality
Penampilannya menarik, banayk terdapat
golden HP ( Serbuk putih). Pada teh yang beraaasal dari pucuk muda.
b.
Inner Quality
Ampas setellah diseduh masih berwarna.
Walauoun demikian teh hanya sekali dipakai karena sifatnya hidroskopis.
Setiap harinya dalam 1 minggu dari setiap grade teh
harus dibandingkan, gunanya adalah untuk melihat apakah terjadi perubahan atau
perbedaan hasil, yang mengacu pada kesalahan proses. Penampakan teh tidak boleh
tercampur antara satu grade dengan grade
yang lainnya.
Dalam teh terdapat zat katein yang terurai membentuk
aroma pada proses fermentasi. Daun teh dibedakan menjadi dua jenis; 1)Pecko,
berasal dari kuncup. 2)Burung, bukan dari kuncup. Untuk para pemetik teh mereka
tidak boleh memuat lebih dari 35 kg dalam satu keranjang. Dalam menyajikan teh
setiap gelasnya cukup dengan 3 gram saja dan diseduh dengan air mendidh selama 6 menit, kemudian
disaring lalau bisa langsung diminum atau bisa ditambah gula/susu/ madu sesuai
selera anda. Sampel teh yang baik airnya harus cerah, bila buram berarti
terlalu banyak fermentasi. Bila warna ampasnya cerah teh kurang fermentasi.
Yang harus diperhatikan adalah kenampakan air, awal dan ampasnya.
4.
Packing
Dalam proses pembuatan teh dihasilkan 13 grade 1
grade untuk diexport keluar negeri khususnya eropa dan arab saudi dan 12 grade
dijual kepasar lokal ciri khas
teh hitam dempo :
1.
Outdoor Quality ;
warna, penampilan dan tekstur yang baik.
2.
Inter Quality; bau
dan rasa yang khas.
Teh merupakan tanaman Hidrokopis yang peka terhdap udara
luar, faktor yang mempengaruhinya adalah :
1.
Relatif Humidity
atau kelembaban
Rh untuk kelayuan
kecil dari 5% sedangkan untuk penggilungan Rh nya 95%.
2.
Temperatur atau
suhu
3.
Waktu
Pengepakan dilakukan setiap jam agar dapat dihitung
kualitas dan kuantitasnya. Teh dibungkus dengan aluminium foil atau degan
kertas untuk teh celup.
Proses Pengolahan Teh Hitam
Beberan
Kapasitas WT ; 25-35 kg/m2. total kapasitas
40.000 kg
Layuan ; 14-20 jam. Kadar air 52-54 %. Rh maksimum 75 %
Gilingan
Open top Open
top bubuk I = 18%
50 menit 10
menit
Press cup Press
cup bubuk II = 19%
40 menit 10
menit
Rotor vane Rotor
vane bubuk III = 35 %
10 menit 10
menit
Rotor vane Rotor
vane bubuk IV = 15%
10 menit 10
menit badag = 13%
Fermentasi
Lama Fermentasi = Bubuk I = 140 menit
Bubuk II
= 140 menit
Bubuk III = 140 menit
Bubuk IV = langsung (tidak difermentasi)
Badag
= langsung (tidak difermentasi)
Pengeringan Lama Kapasitas/jam
1. TSD A 22
menit 200
kg
2. TSD B 23
menit 250
kg
3. TSD C 22
menit 250
kg
4. FBD 18
menit 350
kg
5. Sipoco 23
menit 150
kg
2. Pengolahan Kopi
Jenis
kopi yang ditanam di desa sandar angin adalah jenis kopi robusta. Buah kopi
mulai masak kira-kira bulan April/Mei hingga September/Oktober. Pada prinsipnya
pengolahan kopi bertujuan memisahkan biji kopi dari daging buah, kulit tandung,
dan kulit ari. Secara garis besar terdapat dua cara pengolahan kopi, yaitu
pengolahan kopi kering dan pengolahan kopi basah. Di perkebunan-perkebunan
besar, kopi biasanya diolah secara basah, sebaliknya sebagian besar kopi rakyat
diolah secara kering.
Buah
kopi dipetik dari batangnya setelah tanaman berumur kurang lebih 3 tahun. Lalu
dijemur hingga kering. Pengeringan dapat dilakukan melalui panas matahari, dan
mesin pengering. Bagi pengering kopi berkapasitas kecil sebaiknya pengeringan
dilakukan dengan penjemuran di atas tikar atau plastik. Lama penjemuran memakan
waktu 2 – 3 minggu.
Pengolahan
biji kopi merupakan salah satu bagian usaha yang dikembangkan pada pondok
pesantren ini. Pengolahan kopi yang dilakukan pada pondok pesantren ini
meliputi:
1.
Sortasi
Tahap sortasi bertujuan untuk memisahkan kopi merah
dengan kopi yang hampa dan yang terserang bubuk. Sortasi yang dilakukan
merupakan sortasi basah berdasarkan beda berat jenis. Biji kopi yang dipakai
merupakan biji kopi yang memiliki berat jenis yang baik, ditunjukkan dengan
tenggelamnya biji kopi di dalam air pada bak sortasi.
2.
Pengupasan Kulit
Tahap ini bertujuan untuk melepaskan kulit buah dari
kulit tanduk dan biji kopi. Pengupasan kulit ini dapat dilakukan dengan alat
Vis Pulper dan Raung Pulper. Pengupasan kulit dilakukan oleh pisau yang berputar dengan kecepatan
tertentu.
3. Pengeringan
Bertujuan untuk mengurangi kadar air kopi sehingga aman
untuk disimpan, kadar air optimal 10-13%. Pengeringan dapat dilakukan dengan
cara penjemuran atau dengan pengeringan mekanis (Vis Dryer). Secara mekanis
dilakukan dengan dua tahap pengeringan, yaitu tahap I dengan suhu 100oC
dan tahap II dengan suhu 50-60oC
4.
Pemecahan Kulit
Tanduk
Tahap ini bertujuan untuk memisahkan biji kopi kering
dari kulit tanduk dan kulit
arinya. Pemecahan kulit tanduk dapat dilakukan dengan
mesin yang mempunyai mata pisau yang berputar dengan kecepatan tertentu.
5.
Penyangraian
Penyangraian dilakukan untuk menghasilkan warna dan aroma
yang diinginkan dari biji kopi. Dalam
tahap penyangraian terjadi reaksi karamelisasi dan pengembangan biji kopi
(Swelling), terjadi penguapan senyawa-senyawa pembentuk aroma yang mudah
menguap, terjadinya denaturasi protein sehingga membentuk asam-asam amino
pembentu aroma. Penyangraian dilakukan dengan mesin pemanas yang berputar.
6.
Penggilingan
Tahap penggilingan
dilakukan untuk mendapatkan bentuk bubuk dari biji kopi. Penggilingan
dilakukan dengan alat impact mill. Setelah penggilingan langsung dilakukan
pengemasan.
Proses pengolahan kopi
Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji
kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit
arinya, butiran biji kopi yang demikian ini disebut kopi beras (coffea beans)
atau market koffie. Kopi beras berasal dari buah kopi basah yang telah
mengalami beberapa tingkat proses pengolahan. Secara garis besar dan
berdasarkan cara kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah
men.iadi kopi beras, yaitu yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan
cara kering. pengolahan buah kopi secara basah biasa disebut W.I..B. (West
lndische Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering biasa disebut O.I.B (Ost
Indische Bereiding). Perbedaan pokok dari kedua cara tersebut diatas adalah
pada cara kering pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan
setelah kering (kopi gelondong), sedangkan cara basah pengupasan daging buah
dilakukan ketika masih basah.
Penyangraian Kopi
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian.
Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari
dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup
banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi. Waktu
sangai ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut
derajad sangrai. Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati
cokelat tua kehitaman.
Secara laboratoris tingkat kecerahan warna biji kopi sangrai
diukur dengan pembeda warna lovibond. Biji kopi beras sebelum disangrai
mempunyai warna permukaan kehijauan.sebelum proses penyangraian kopi dicuci
dahulu kemudian ditiriskan selama 12 jam untuk mengurangi kadar air yang
terkandung dalam kopi. Sedangkan tujuan dari pencucian adalah untuk
membersihkan bahan baku dari kotoran, meningkatkan kualitas produk dan
memisahkan bahan baku yang kurang bagus . Lama penyangraian adalah 3 jam, waktu
tersebut sangat lah efektif untuk menghasilkan sangraian yang baik. Dan selama
proses penyangraian sebaiknya diaduk dengan teratur karena apabila tidak kopi
akan gosong. Dalam satu kali penggorengan bisa mencapai 50 kg tergantung
besarnya alat penyangraian. Suhu yang digunakan pada proses penyangraian adalah
muali dari 100º - 175º kembali lagi ke suhu 100º - 50º. Didalam alat penyangrai
terdapt baling – baling yang melintang yang berfungsi untuk meratakan proses
penyangraian. Setelah proses sangrai selesai, biji kopi harus segera
didinginkan didalam bak pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat
menyebabkan proses penyangraian berlanjut dan biji kopi menjadi gosong ( over
roasted ). Pendinginan dilakukan dengan melewatkan udara lingkungan dengan laju
aliran 600 m3 per jam kedalam massa biji kopi. Selam pendinginan biji kopi
diaduk secara manual agar proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain
itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari yang terlepas
dari biji kopi saat proses sangria dan juga agar pada saat penggilingan tidak terjadi
penggumpalan pada bubuk kopi. Ada 2 proses penyangraian yaitu :
1. Proses biji basah
Proses tanpa adanya pengeringa
setelah biji kopi dicuci kemudian ditiriskan selama 12 jam kemudian disangrai.
2. Proses biji kering,
Proses dengan adanya pengeringan menggunakan
oven. Setelah biji kopi dicuci kemudian dilakukan proses pengeringan
menggunakan oven.
Bahan bakar yang dipakai pada proses
penyangraian adalah kayu bakar agar menghemat BBM dan aroma kopi pun lebih
tercium. Kayu yang baik adalah kayu kopi.
Perubahan Kimiawi Biji Kopi Sangrai
Salah satu perubahan kimiawi biji kopi selama penyangraian
dapat dimonitor dengan perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami mengandung
berbagai jenis senyawa volatil seperti aldehida, furfural, keton, alkohol,
ester, asam format, dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah menguap. Makin
lama dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas didalam
seduhan makin berkurang secara signifikan.
Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon
pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Selam
penyangraian beberapa senyawa gula akan terkaramelisasi menimbulkan aroma khas.
Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti tanin dan asam
asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan bereaksi dengan asam amino
membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat. Ciri – ciri apabila
kopi tersebut sudah matanga adalah aromanya tercium sangat tajam, asapnya
berwarna putih.
Penghalusan Biji Kopi Sangrai
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai
diperoleh butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Butiran kopi bubuk
mempunyai luas permukaan yang relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan
utuh. Dengan demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah
larut kedalam air penyeduh.
Rendemen Kopi Bubuk
Rendemen adalah perbandingan antara berat kopi bubuk
dibandingkan berat kopi beras. Selam penyangraian, berat biji kopi menyusut
karena penguapan air dan senyawa – senyawa volatil serta pelepasan kulit ari.
Bersamaan dengan penguapan air, beberapa senyawa volatil yang terkandung
didalam biji kopi seperti aldehid, furfural, keton, alkohol dan ester ikut
teruapkan. Biji kopi mengembang ( swelling ) dan berpori – pori.
Penurunan berat biji kopi selama penyangraian menyebabkan
nilai rendemen berkurang sesuai dengan derajad sangrainya. Nilai rendemen
tertinggi yaitu 81 % diperoleh pada derajad sangrai ringan dan terendah yaitu
76 % dengan derajad sangrai gelap. Selain karena proses sangrai, susut berat
juga terjadi selama proses penghalusan karena partikel bubuk yang sangat halus
terbang kelingkungan akibat gaya sentrifugal putaran pemukul mesin penghalus.
Adapun penilaian tingkat mutu berdasarkan sistem nilai
cacat yang dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut :
Tabel 1. Penilaian tingkat mutu kopi berdasarkan sistem
nilai cacat
No
|
Tingkat Mutu
|
Syarat mutu khusus
|
1
|
Mutu 1
|
Jumlah nilai cacat maksimum 11
|
2
|
Mutu 2
|
Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25
|
3
|
Mutu 3
|
Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44
|
4
|
Mutu 4
|
Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60
|
5
|
Mutu 5
|
Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80
|
6
|
Mutu 6
|
Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150
|
7
|
Mutu 7
|
Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225
|
3. PENGOLAHAN TANAH SAWAH
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan
tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur
tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari
beberapa tahap :
a.
Pembersihan
b.
Pencangkulan
c.
Pembajakan
d.
Penggaruan
Ada empat
macam pola pengolahan tanah, yaitu pola tengah, pola tepi, pola spiral dan pola
alfa.
1. Pola Tengah
Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan.
Pembajakan kedua pada sebelah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke
kanan dan membajak rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya
dengan cara berputar ke kanan sampai ke tepi lahan. Pola ini cocok untuk lahan
yang memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada
kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2
atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan),
diolah dengan cara manual (dengan cangkul).
2. Pola Tepi.
Pembajakan dilakukan dari tepi membujur lahan, lemparan hasil pembajakan ke
arah luar lahan. Pembajakan kedua pada sisi lain pembajakan pertama. Traktor
diputar ke kiri dan membajak dari tepi lahan dengan arah sebaliknya. Pembajakan
berikutnya dengan cara berputar ke kiri sampai ke tengah lahan. Pola ini juga
cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok
(head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut,
dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada
ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul).
3. Pola Spiral (Keliling Tengah)
Pengolahan
tanah dilakukan dari titik tengah lahan. Berputar ke kanan sejajar sisi lahan,
sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah dalam lahan. Pada awal
pengolahan, operator akan kesulitan dalam membelokan traktor.
Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur
sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada
kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 sampai
4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara
manual (dengan cangkul).
4. Pola Alfa(Keliling Tepi)
Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut
lahan. Berputar ke kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah lahan. Lemparan
pembajakan ke arah luar lahan. Pada akhir pengolahan, operator akan kesulitan
dalam mebelokan traktor. Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur
sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada
kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4
pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual
(dengan cangkul).
I.
KESIMPULAN
dan SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil dari PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit
Usaha Pagar Alam adalah teh hitam dengan sistem pengolahan Orthodoks dan Rotor
Vane dan teh hijau.
2.
Proses pemetikan pucuk
daun teh akan berpengaruh pada mutu dan hasil teh yang baik.
3. Sistem pengolahan kopi Pagar Alam adalah merupakan
pengolahan kopi secara basah.
4. Kualitas
suatu kopi juga tergantung terhadap kadar air kopi tersebut. Karena akan
mempengaruhi pada proses penggilingan.
5. Pembajakan sawah menggunakan hand tractor.
6. Pembajakan sawah memiliki pola-pola:spiral,alfa,tepi,tengah.
B.
Saran
1. Agar
dapat dihasilkan biji kopi yang berkualitas
baik, diperlukan kesabaran pemetik kopi untuk memetik biji kopi yang matang
atau berwarna merah.
2. Agar
dapat dihasilkan teh yang lebih kualitas tinggi, sebaiknya perlu dilakukan
pengawasan sebelum karyawan melakukan kegiatan, apakah sudah steril atau belum
untuk melakukan kegiatan pekerjaan.
3. Pengolahan
lahan sebaiknya dilakukan dengan cara dan tipe pengolahan lahan yang teratur
dan tepat, agar pertumbuhan tanaman padi khususnya dapat berkembang biak dengan
baik dan mendapatkan kualitas tinggi dan dapat menambah hasil panen yang baik
demi mencapai nilai ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Sadjad, S. 1985. Empat Belas Tanaman Perkebunan Untuk
Agro-Industri. PN. Balai Pustaka : Jakarta.
Reksohadiprojo, S. 1986. Manajemen Pengolahan Pada Perusahaan Perkebuanan. BPFE: Yogyakarta.
Muljana, W. 1982. Bercocok
Tanam Kopi. Anaka Ilmu : Semarang.
Najiyati,S,
Danarti. 1989. Kopi Budidaya Dan Penangan
Pasca Panen. PS. Seri Pertanian :
Jakarta.
assalamu`alaium, bisa minta bantuaanya untuk mengirimkan hasil data fieldtrip ke ptpn 7 g.dempo?
BalasHapusbutuh data buat proposal magang kesana, kalau berkenan bisa tolong dikirimkan ke gmail saya, ..
atau bisa aku hub kamunya lewat bbm atau cp , terima kasih atas perhatiannya , mohon maaf merepotkan.