I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita pasti membutuhkan makan. Makanan yang kita dapatkan
salah satunya bersumber dari tanaman. Tanaman sangatlah penting bagi
kelangsungan hidup kita, banyak sumber vitamin yang kita butuhkan untuk tubuh
kita di dapat dalam tanaman, oleh karena itu kita sangat perlu mengupayakan
agar tanaman yang kita peroleh membuahkan hasil yang terbaik.
Salah satu upaya yang dapat kita
lakukan pada tanaman yaitu dengan memberikan pupuk pada tanaman tersebut. Upaya
pemberian pupuk ini dapat memaksimalkan produtiktifitas tanaman atau hasil dari
tanaman itu sendiri.
Pupuk adalah
material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
non-organik (mineral). Pupuk adalah salah satu komponen faktor produksi suatu
usaha tani. Pupuk diberikan ke lahan sebagai sumber hara tanaman untuk memenuhi
kebutuhan tanaman yang tidak mampu dicukupi oleh hara yang secara alamiah
terdapat dalam tanah. Sebagian besar pupuk yang diberikan ke dalam tanah hilang
dari sistem pencucian, aliran permukaan, denitrifikasi dan penguapan serta
sebagai bahan yang mengotori tanah, air, udara dan sumber-sumber alam penting
lainnya. Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang
diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu
kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya
pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam pemberian
pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak
mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan
dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun
disemprotkan ke daun.
Berdasarkan
bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk
padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal.
Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan
biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara
disemprot ke tubuh tanaman. Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua
kelompok besar pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami (misal pupuk kandang dan kompos) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang
dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan
pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan
mineral. Pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik,
dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan
isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki
kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif. Terdapat dua
kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk paling tidak
mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut
pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients).
Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur
tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang
diberikan.
Pupuk organik mencakup semua bahan
yang dihasilkan dari makhluk hidup dan bisa digunakan untuk menyuburkan
tanaman, sepertikotoran hewan, kotoran
cacing, kompos, rumput laut, guano, dan bubuk
tulang. Kotoran hewan merupakan
limbah yang seringkali menjadimasalah lingkungan, sehingga penggunaan kotoran hewan sebagai pupuk
dapat menguntungkan secara lingkungan dan pertanian. Tulang hewan sisa penyembelihan hewan bisa dijadikan bubuk tulang yang kaya kandungan
fosfat. Pupuk organik diketahui mampu meningkatkan keanekaragaman hayati pertanian dan produktivitas tanah secara jangka
panjang. Pupuk organik juga dapat menjadi sarana sekuestrasi karbon ke tanah. Nutrisi organik meningkatkan
keanekaragaman hayati tanah dengan menyediakan bahan organik dan nutrisi mikro bagi organisme penghuni tanah seperti
jamur mikoriza yang membantu tanaman menyerap
nutrisi, dan dapat mengurangi input pupuk. Pupuk organik merupakan
pupuk yang bersifat kompleks karena ketersediaan senyawa yang ada pada pupuk
tidak berupa unsur ataupun molekul sederhana yang dapat diserap oleh tanah
secara langsung. Kadar nutrisi yang tersedia sangat bervariasi dan tidak dalam
bentuk yang tersedia secara angsung bagi tanaman sehingga membutuhkan waktu
lama untuk diserap oleh tanaman. Beberapa limbah yang dikomposkan, jika tidak
diolah secara tepat, dapat menjadi sarana pertumbuhan patogen yang merugikan
tanaman. Kadar nutrisi, tingkat kelarutan, dan laju pelepasan nutrisi pupuk
organik umumnya lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik. Secara umum,
keberadaan nutrisi pada pupuk organik lebih terlarut ke antara molekul tanah,
namun juga tidak lebih tersedia dalam wujud yang bisa dimanfaatkan secara
langsung oleh tanaman. Berdasarkan studi dari Universitas California, semua
pupuk organik diklasifikasikan sebagai pupuk dengan laju pelepasan yang lambat
(slow release fertliizer)
sehingga tidak menyebabkan memar (burn)
pada tanaman meski kadar nitrogen pada pupuk organik berlebih. Gejala burn merupakan gejala umum yang ditemukan
pada tanaman ketika pemberian pupuk kimia dilakukan secara berlebihan.
Kualitas pupuk organik dari kompos dan
sumber lainnya dapat bervariasi dari satu proses produksi ke proses produksi
berikutnya. Tanpa pengujian
secara sampling terlebih dahulu, tingkat nutrisi yang akan diterima tanaman
tidak bisa diketahui secara pasti.
Sumber pupuk organik : Kotoran hewan yang terdekomposisi
merupakan sumber pupuk organic Urea dari kotoran hewan (dan juga
manusia) dapat digunakan untuk menjadi sumber pupuk organic. Sebuah firma di
Belanda telah mampu mengubah urin manusia menjadi struvite yang dapat digunakan sebagai
pupuk.
Namun
limbah perkotaan yang kemungkinan telah tercampur obat-obatan, polusi, hormon buatan, logam berat, plastik, dan sebagainya tidak dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk
untuk digunakan pada usaha pertanian organik.
Penelitian yang dilakukan oleh Agricultural Research Service (ARS) mennjukan bahwa kotoran
ayam dapat menjadikan kondisi tanah
lebih baik bagi pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan penggunaan pupuk
anorganik. ARS melakukan studi tersebut kepada perkebunankapas dan menemukan bahwa kapas
menghasilkan 12% lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik.
ARS juga memperkirakan harga kotoran ayam saat ini hanya $17 per ton, jauh
lebih murah dibandingkan dengan jumlah manfaat yang dapat disediakan pupuk
anorganik pada kemampuan pengkondisian tanah yang setara yang sebesar $78 per
ton. Tepung
tulang, tepung
darah, tepung
ikan, dan emulsi
ikan juga dapat digunakan sebagai
pupuk. Tumbuhan: Tanaman
penutup legum (misal alfalfa) seringkali ditumbuhkan di sela-sela tanaman perkebunan
untuk memperkaya tanah dengan nitrogen melalui proses pengikatan nitrogendari atmosfer dan
memperkaya kandungan fosfor melalui mobilisasi nutrisi. Salah satu studi yang dilakukan ARS menemukan bahwa alga dapat
digunakan untuk menangkap nitrogen dan fosfor yang dilepaskan lahan usaha tani ke lingkungan melaluialiran air permukaan (surface runoff). Alga ini dapat digunakan untuk menyaring limbah
pertanian, yang lalu dapat dikembalikan lagi ke tanah sebagai pupuk. Laju
pelepasan nutrisinya setara dengan pupuk anorganik sehingga dapat digunakan
pada pembibitan.Limbah industri
kayu seperti serbuk gergaji dan kepingan
kayu, juga dapat digunakan sebagai pupuk.
Pupuk anorganik, secara umum,
tumbuhan hanya menyerap nutrisi
yang diperlukan jika
terdapat dalam bentuk senyawa kimia yang mudah terlarut. Nutrisi dari pupuk
organik hanya dilepaskan ke tanah melalui pelapukan yang dapat memakan waktu
lama. Pupuk anorganik memberikan nutrisi yang langsung terlarut ke tanah dan
siap diserap tumbuhan tanpa memerlukan proses pelapukan.Tiga senyawa utama
dalam pupuk anorganik yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kandungan
NPK dihitung dengan pemeringkatan NPK yang memberikan label keterangan jumlah nutrisi pada
suatu produk pupuk anorganik. Secara umum, nutrisi NPK yang siap diserap oleh
tanaman pada pupuk anorganik mencapai 64%, jauh lebih tinggi dibandingkan pupuk
organik yang hanya menyediakan di bawah 1% dari berat pupuk yang diberikan.[27] Inilah yang menyebabkan mengapa pupuk organik harus
diberikan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pupuk organik. Pupuk
nitrogen dibuat dengan menggunakan proses
Haber yang
ditemukan pada tahun 1915. Proses ini menggunakan gas alam sebagai sumber
hidrogen, dan gas nitrogen dari udara pada temperatur dan tekanan yang tinggi
dengan bantuan katalis menghasilkan amonia sebagai produknya. AMonia
dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk lainnya seperti amonium
nitrat dan urea. Pupuk ini dapat dilarutkan
terlebih dahulu dengan air. Sebelum ditemukannya proses Haber, mineral seperti natrium nitrat ditambang untuk dijadikan sumber pupuk nitrogen
anorganik. Mineral ini masih ditambang sampai sekarang. Proses lainnya dalam
pembuatan pupuk organik adalah proses
Odda yang disebut juga dengan proses
nitrofosfat. Bebatuan
fosfat dengan
kadar fosfor hingga 20% dilarutkan keasam nitrat untuk menghasilkan asam
fosfat dan kalsium
nitrat. Bebatuan
fosfat juga bisa diproses menjadi mineral P2O5 dengan
bantuan asam sulfat. Melalui tungku listrik, mineral
fosfat juga bisa direduksi menjadi fosfat murni, namun proses ini sangat mahal.
Kalium secara komersial dapat ditemukan di berbagai tempat
mulai dari bebatuan di dalam bumi hingga sedimen di dasar laut. Bebatuan yang
mengandung kalium seringkali berada dalam bentuk kalium
klorida yang
juga ditemukan bersamaan dengan mineral natrium klorida. Bebatuan yang mengandung kalium ditambang dengan bantuan
air panas sehingga larut. Larutan ini diuapkan dengan bantuan sinar matahari.
Senyawa amina digunakan untuk memisahkan KCl dengan NaCl. Penggunaan
pupuk organik secara komersial telah berkembang dan meningkat hingga 20 kali
lipat dibandingkan 50 tahun yang lalu dengan jumlah konsumsi saat ini mencapai
100 juta ton nitrogen anorganik per tahun. Tanpa pupuk anorganik, diperkirakan
sepertiga bahan pangan saat ini tidak dapat berproduksi. Penggunaan pupuk fosfat
juga meningkat dari 9 juta ton (1960) menjadi 40 juta ton (2000). Setiap hektar
tanaman jagung membutuhkan antara 30 hingga 50 kilogram pupuk fosfat,
sedangkan kedelai membutuhkan 20-25 kg. Penerapan Pupuk anorganik digunakan di semua jenis tanaman
pertanian dengan jumlah pemberian bergantung pada jenis tanaman dan tingkat
kesuburan tanah saat ini. Misal tanaman pertanian jenis legum (seperti kedelai)
tidak membutuhkan pupuk nitrogen anorganik sebanyak tanaman lain karena mampu mengikat nitrogen. Namun penerapan pupuk anorganik berlebih mampu menyebabkan peningkatan keasaman tanah karena mineral yang tidak
dimanfaatkan mampu bereaksi dengan air yang ada di tanah membentuk senyawa
asam. Untuk mencegah hal ini, status nutrisi dari tanaman dan tanah perlu
dinilai sebelum penerapan pupuk anorganik.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini
yaitu agar mahasiswa tau apa definisi pupuk, klasifiksi pupuk, kegunaan pupuk,
kelebihan dan kekurangan pupuk dan bagaimana cara pengaplikasian pupuk pada
tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Pupuk
Pupuk
adalah bahan pengubah sifat biologi tanah supaya menjadi lebih baik. Pupuk
selain berfungsi menggemburkan tanah juga untuk membantu pertumbuhan tanaman (
Ahira,2004 ).
Pupuk
adalah bahan bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman. Zat makanan (
hara ) tersebut berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman untuk
pertumbuhan dan mempertahankan pertumbuhannya ( Sudarmoto, AS, 1997 )
Pupuk
adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik (
Andi,2012 ).
Pemupukan
adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik
langsung maupun tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman (
Bagus,2012).
Pemupukan
adalah suatu cara pemberian unsur hara atau pupuk kepada tanah dengan tujuan
agar dapat diserap oleh tanaman ( unsur hara adalah makanannya tanaman ( Andi,
2012)
B. Pupuk Organik
Pupuk
organik adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan yang
mempunyai kandungan unsure hara rendah. Pupuk organic tersedia setelah zat
tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme.
Macam-macam
pupuk organik adalah sebagi berikut:
- Kompos
Pupuk
kompos adalah pupuk yang dibuat dengan cara membusukkan sisa-sisa tanaman.
Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi unsure-unsur hara yang berguna untuk perbaikan
struktur tanah.
- Pupuk Hijau
Pupuk
hijau adalah bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam tanah. Pupuk
organic jenis ini mempunyai perimbangan C/N rendah, sehingga dapat terurai dan
cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk hijau sebagai sumber nitrogen cukup baik di
daerah tropis, yaitu sebagai pupuk organic sebagi penambah unsure mikro dan
perbaikan struktur tanah.
- Pupuk kandang
Pupuk
kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Kandungan hara dalam
puouk kandang rata-rata sekitar 55% N, 25% P2O5, dan 5% K2O (tergantung dari
jenis hewan dan bahan makanannya). Makin lama pupuk kandang mengalamai proses
pembusukan, makin rendah perimbangan C/N-nya ( Rahmat, 2012 ).
C.
Pupuk
Anorganik
Pupuk
anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu
bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar
N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Marsono, 2000).
Pupuk
anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara
misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K,
N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada beberapa
keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur dengan
tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang
tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik
mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk
organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya
mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak
mengandung unsur hara mikro (Marsono, 2000)
D. Bentuk-bentuk Pupuk
1. Pupuk
Cair
Untuk
memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat
dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan
unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
2. Pupuk
Padat
Untuk
membantu pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pupuk yang padat. Pupuk
padat lebih lama untuk diserap tanaman. Karena harus diubah dan mencampur
dahulu didalam tanah agar dapat dimanfaatkan dengan baik ( Hardjowigeno,2004 )
E. Teknik Aplikasi Pupuk
a.
Cara Aplikasi Pupuk Kimia
- Larikan
Caranya,
buat parit kecil disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan upuk
didalam barisan tersebut, kemudian tutup kembali. Pada jenis pepohonan, larikan
dapat dibuat melingkar disekeliling pohon dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari
tajuk. Pupuk yang tidak mudah menguap dapat langsung ditempatkan di atas tanah
- Pemberian Secara Merata Diatas Permukaan Tanah
Cara
ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk lanjutkan
dengan pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Tidak
disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah menguap.
- Pop Up
Caranya,
pupuk dimasukkan ke lubang tanaman benih atau bibit. Pupuk yang digunakan harus
memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji. Lazimnya,
menggunakan pupuk SP 36, pupuk organik atau pupuk slou release.
- Penugalan
Caranya,
tempatkan pupuk ke dalam lubang disamping tanaman, sedalam 10-15 cm. Lubang
tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup
kembali lubang dengan tanah untuk menghindari penguapan.
- Fertifasi
Pupuk
dilarutkan dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Lazimnya,
cara ini dilakukan tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle.
b.
Cara Aplikasi Pupuk Organik
Penebaran
pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti pembajakan atau
penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih
dalam.
Pemberiaan pupuk organik dengan dosis
kecil tetapi sering lebih baik daripada dosis banyak yang diberikan sekaligus
Pada
media tanam pot, perbandingan antara kompos dan tanah yang ideal adalah 1:1.
Sementara itu, perbandingan pupuk kandang dan tanah yang ideal adalah 1:3.
Jika
harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna harus diberi jeda
waktu antara pemberian pupuk organik dan penanaman bibit yaitu minimal satu
minggu (Novitam,1999).
F. Kelebihan dan Kekurangan Pupuk
Organik dan Anorganik
a.
Kelebihan:
ü tidak
menyebabkan polusi lingkungan
ü memiliki
kandungan hara makro dan mikro yang cukup dibutuhkan oleh tanaman
ü meningkatkan
aktivitas biologi tanah mampu menekan Al dengan membentuk kompleks Al-organik
pada tanah masam
ü meningkatkan
KTK
ü memperbaiki
struktur tanah
ü meningkatkan
kemampuan tanah menahan air
b.Kekurangan:
jumlah
yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak akibat rendahnya hara makro yang
terkandung didalamnya kurang ekonomis dalam transpotasi ketersediaan hara
lambat
Kelebihan
dan kekurangan pemberian pupuk anorganik
a.
Kelebihan
ü Pemberiannya
dapat terukur dengan tepat
ü Kebutuhan
tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat
ü Pupuk
anorganik tersedia dalam jumlah cukup
ü Pupuk
anorganik mudah diangkut karena jumlah nya relatif sedikit dibandingkan dengan
pupuk organik
b.
Kekurangan
ü Selain
hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir
tidak mengandung unsur hara mikro.
ü Meninggalkan
residu ke dalam tanah
ü Dalam
jangka panjang akan merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah
ü Degradasi
unsur hara ( Mansono,2000).
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pupuk
Pupuk adalah material yang
ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara
yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk
dapat berupa bahan organik ataupun non-organik
(mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan
baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen
seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses
metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat
ditambahkan sejumlah material suplemen.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut,
agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau
terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan
lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos.
B. Pupuk Berdasarkan Sumber Bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk
organik atau pupuk alami (misal pupuk
kandang dan kompos)
dan (2) pupuk
kimia atau pupuk buatan. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat
dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia
dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk
kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan
bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung
dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah
karena membantu pengikatan air secara efektif.
C.
Pengaruh Dosis Pupuk Organik dan
Anorganik terhadap Hasil Padi dan Sifat Kimia Tanah
Untuk pembahasan kali ini mengenai pengaruh dosis
pupuk terhadap hasil padi dan sifat kimia tanah, pupuk disini merupakan suatu hal yang harus kita terima untuk proses
pertanian agar menjadi lebih baik/subur tanaman. Suatu tumbuhan sangat
tergantung kepada pupuk karena dengan adanya pupuk maka tumbuhan dapat maksimal
dalam perkembangannya. dosis pupuk untuk
tanaman padi sangatlah variatif sekali antara daerah yang satu dengan yang lain,
antara petani yang satu dengan petani yang lain dan antar musim juga
berbeda. Jadi untuk pemberian dosis padi itu sendiri mungkin ada baiknya
cobalah dengan dosis yang kecil dulu kalau hasilnya kurang bagus baru dinaikkan
dosisnya pada musim yang akan datang karena
harus juga lebih paham dengan
kondisi tanah tanah yang ada di suatu daerah tentunya berbeda beda tipe dan keadaan dari tanah itu sendiri pun dosis yang diberikan harus sesuai juga
dengan keadaan dari tanah tersebut.
Sebagai gambaran saja untuk tanah normal pemerintah memberikan rekomendasi pupuk untuk tanaman
padi sebagai berikut, Urea sebesar 200 kg - 250 kg, SP36 100 kg - 150 kg dan
KCl 75 kg - 100 kg. Jika menggunakan NPK dosisnya adalah 100 kg urea dan 300 kg
NPK. Itu hanya dosis anjuran, untuk menentukan dosis secara tepat
maka kita sendiri yang harus melakukan uji coba pada tanah milik sendiri baik itu antar musim maupun antar
lokasi.
Hipotesis yang ada Semakin subur tanah
sawahnya, semakin sedikit tambahan pupuk untuk makanan tanaman dari padi itu
sendiri. Secara teoritis efisiensi penggunaan pupuk urea sebesar 30 – 40 %
sehingga 60 – 70 % pupuk urea yang diberikan tanaman hilang ke udara melalui
proses denitrifikasi. Sementara itu efisiensi penggunaan pupuk SP-36 berkisar
20 –25 %, sisa P yang tidak terserap tanaman terakumulasi dalam lapisan tanah.
Efisiensi penggunaan pupuk KCl juga relatif rendah yaitu berkisar 30 – 40 %
namun hara K yang tidak terserap tanaman tidak hilang ke udara tetapi
terakumulasi di dalam lapisan tanah. Oleh karena itu pemberian pupuk P dan K
tidak harus setiap musim namun Pemberian pupuk P dan K setiap 4 dan 6 musim
sekali ditujukan untuk menggantikan P dan K yang terangkut tanaman saat panen.
Efisiensi penggunaan pupuk urea dapat ditingkatkan melalui pemberian urea
secara terbagi pada waktu tanaman umur
7-10 hari.Pengaruh dari dosis pemberian pupuk itu sendiri
bagi tanaman padi dapat mempengaruhi tinggi
tanaman , jumlah batang maksimum jumlah batang produktif dan untuk hasil dari
panen untuk padi dapat mempengaruhi jumlah pada gabah yang dihasilkan dan
berat gabah.
Untuk pengaruh dosis pupuk
bagi sifat kimia tanah itu sendiri,penggunaan pupuk organik dan pengairan yang
bersifat aerob sangat tepat diaplikasikan pada tanah yang memiliki kandungan
liat tinggi seperti tanah vertisol, Kandungan liat pada tanah vertisol mencapai
lebih dari 30%, hal ini menyebabkan tanah vertisol digolongkan ke dalam tanah berat
yaitu tanah yang sukar dikerjakan. Aplikasi pupuk organik diharapkan mampu
memperbaiki struktur tanah liat, serta teknik pengairan yang lebih aerob dapat
menjadi alternatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi serta mampu
menghemat penggunaan air di musim kering.
Pengaruh
dosis pupuk anorganik bagi lingkungan khususnya pada tanah dapat
memberikan dampak negatif bila dilakukan secara terus menerus karena dapat
berakibat negatif pada perkembangan mikroorganisme di dalam tanah yaitu banyak
yang mati sehingga mikroorganisme tersebut tidak lagi dapat menguraikan bahan
organik di dalam tanah yang akibatnya sisa-sisa pupuk yang tidak terserap oleh
akar tanaman akan terakumulasi di dalam tanah dan mempengaruhi kondisi tanah
menjadi mengeras, bergumpal, dan pH menurun.
D.
Pengaruh Pupuk Organik Dan Anorganik Terhadap
Kandungan Logam Berat Dalam Tanah Dan Jaringan Tanaman
Terkadang terjadi degradai pada lahan
pertanian. Salah satu bentuk degradasi lahan pertanian yang terjadi akibat
tsunami adalah terjadi pencemaran, baik limbah padat maupun limbah cair.
Setelah terjadi degradasi pada lahan
pertanian, diperkirakan kandungan lo-gam berat yang terbawa oleh lumpur tsunami
telah terakumulasi pada lahan pertanian dan apabila lahan tersebut ditanami
tanaman maka akan teraku-mulasi ke dalam jaringan tanaman.
Tanah mempunyai kapasitas sangga yang
terbatas terhadap logam berat. Karakteristik ini ditentukan oleh banyak faktor
di antaranya pH, kan-dungan bahan organik dan kapasitas tukar kation. Keberadaan
bahan organik dalam tanah selain dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai
sumber energinya, juga dapat bereaksi dengan logam berat mem-bentuk senyawa
kompleks (organo metalic complex) sehingga dapat mengurangi sifat racun
logam berat
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui Konsentrasi Pb dalam tanah dan jaringan tanaman
selada akibat pemberian pupuk organik dan anorganik serta apakah ada interaksi
antara kedua faktor tersebut.
Selain memberikan pupuk organic di
lakukan juga pemberian pupuk anorganik bertujuan untuk menjaga ketersediaan
nutrisi tanaman agar tetap seimbang selama proses pertumbuhannya. Di-asumsikan
keberadaan pupuk NPK ini akan semakin penting jika proses remediasi biologis
tanah oleh pupuk organik pada tanah yang berdampak tsunami memberi efek yang baik.
Sebaliknya tanpa pemberian pupuk, terutama pada tanah-tanah
yang bermasalah menyebabkan tanaman mengalami defisiensi unsur hara yang
diperlukan untuk sintesis biomolekul, akibatnya proses pertumbuhan tanaman
menjadi tertekan dan terganggu. Dan tanaman yang mengalami kekurangan unsur
hara akan terganggu proses metabolismenya sehingga pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat
Fenomena tersebut menunjuk-kan bahwa
efek positif pupuk organik tidak berlaku instan, tetapi butuh waktu tertentu
untuk mempengaruhi kesubur-an tanah secara maksimal. Penelitian ini membuktikan
bahwa pengaruh tersebut baru mulai terlihat setelah tanah diberakan selama 15
hari setelah panen pertama. Pada masa tersebut telah terjadi berbagai proses
remediasi pada tanah media tanam baik secara fisika, kimia, terutama biologis.
Aki-batnya, pada penanaman berikutnya, pupuk organik memberikan efek lebih baik
dibandingkan dengan penanaman pertama.
Kaitannya adalah terletak pada kondisi
pupuk organik yang digunakan sebagai amelioran pada tanah media tanam.
Setyorini (2005) menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik perlu diperhatikan
kualitasnya. Salah satu kriteria kualitas tersebut adalah pencemaran logam
berat pada pupuk tersebut. Umumnya hal tersebut sangat tergantung pada bahan
dasarnya. Bahan dasar dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya,
tetapi pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota banyak mengandung bahan
berbahaya logam berat.
Sedangkan pupuk anorganik telah terbukti
tidak memiliki kemam-puan meredam transpor ion ke jaringan tanaman. Ion-ion
logam berat Pb hanya dapat dijerap oleh sistem yang kompleks dalam sistem
larutan tanah. Sistem tersebut baru aktif jika terdapat bahan organik (asam
organik) dalam kondisi yang optimal.
Pergerakan ion-ion logam berat dapat
berlangsung selain secara fisika juga secara biologi. Pergerakan (dinamisasi)
ion logam berat ini akan lebih efisien jika berlangsung secara biologi (bioremoval).
Proses bio-removal selain murah, cepat dan lebih aman karena sistem ini
dapat memperbaiki ulang sistem yang tercemar. Semua proses tersebut dapat
berjalan jika bahan dan senyawa organik ikut terlibat.
Pemberian pupuk organik, berpengaruh
nyata terhadap berat berangkasan basah tanaman selada pada penanaman kedua.
Residu Pb pada akar tanaman tidak dipe-ngaruhi oleh pemberian pupuk organik,
kecuali residu dalam jaringan daun dan media tanam yang lebih rendah secara
nyata. Residu Pb tertinggi dalam daun dijumpai pada pemberian pupuk organik 0
ton/ha, sedangkan yang terendah pada pemberian pupuk organik 45 ton/ha tetapi
tidak berbeda nyata dengan dosis 15 dan 30 ton/ha.
Pemberian pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap berat basah berangkasan tanaman. Pu-puk anorganik NPK
mempe-ngaruhi residu Pb dalam jaringan akar tanaman, Residu Pb tertinggi dalam
jaringan akar dijumpai pada perlakuan tanpa pemberian pupuk anorganik.
Terdapat interaksi yang nyata di antara
kedua faktor yang dicoba terhadap berat berangkasan basah tanaman selada, yang
menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik 1000 kg/ha, memberikan berat
berangkasan basah tanaman selada lebih baik jika diikuti dengan pemberian pupuk
organik kandang 15 ton/ha
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan pupuk organik jenis lain, baik pupuk organik padat maupun
organik cair. Hal yang menjadi kendala dalam penelitian ini adalah kenyataan
yang menunjukkan bahwa kon-sentrasi logam berat Pb pada pupuk kandang yang
digunakan relatif agak tinggi. Cakupan penelitian ini juga masih terbatas, baik
jenis logam berat maupun wilayah sampel tanah yang diambil sebagai sampel
pengujian. Oleh karena itu penelitian ini masih sangat terbuka untuk
dilanjutkan pada cakupan wilayah yang lebih luas, untuk mendapatkan informasi
yang lebih lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar