PERENCANAAN MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI
INFORMASI ONLINE BISNIS
Oleh:
Nurhashifah Agriani
05021181320012
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada zaman perkembangan teknologi yang sangat pesat
sekarang ini, informasi sangat dibutuhkan oleh banyak perusahaan dalam
mendukung peningkatan kinerja. Perusahaan sering membuat suatu proyek untuk
mengembangkan usaha sehingga membutuhkan sistem informasi dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang diinginkan. Informasi dapat disediakan melalui komputer dengan
bantuan perangkat lunak.
Dalam menghadapi persaingan pada zaman perkembangan
teknologi sekarang ini, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional menggunakan
teknologi informasi agar dapat terus bersaing. Salah satu teknologi informasi
yang harus dikembangkan adalah perangkat lunak. Perangkat lunak digunakan untuk
memudahkan pelanggan dalam melakukan transaksi ke perusahaan. Dengan demikian,
perusahaan perlu mengembangkan dan membuat perangkat lunak yang dapat mendukung
kegiatan operasional agar kegiatan operasional dapat dilakukan dengan lebih
efektif dan efisien. Salah satu cara agar perkembangan perangkat lunak dapat
berjalan dengan baik dan lancar, yaitu menggunakan teknik manajemen proyek
sistem informasi.
Dalam membuat suatu proyek sistem informasi, peneliti menganggap bahwa
awal keberhasilan suatu proyek harus dimulai dengan perencanaan dan penyusunan
tahap yang benar serta tahap yang sistematis. Proyek merupakan suatu aktivitas
yang baru sehingga tingkat ketidakpastian dan risikonya juga sangat tinggi.
Karena tingginya ketidakpastian tersebut, akan lebih sulit untuk memperkirakan
tingkat sumber tenaga dan mempersulit perkiraan waktu yang dikehendaki untuk
menyelesaikan suatu proyek.
Masa pengembangan perlu dilakukan monitoring dan pengendalian untuk
mengetahui apakah proyek tersebut sudah berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang diinginkan. Jika terdapat penyimpangan, diharapkan
dapat segera dideteksi dan dapat segera diambil langkah perbaikan (antisipasi).
Hal itu karena jika tidak maka akan menghambat pelaksanaan proyek dan
menyebabkan waktu dan biaya tidak sesuai dengan estimasi yang diharapkan.
Dengan pengawasan yang baik, dapat diakukan tindakan pencegahan (preventive) terhadap kecenderungan
penyimpangan yang mungkin dapat dan akan terjadi. Pelaksanaan proyek itu
sendiri juga harus terukur dengan baik, pengukuran dapat berdasarkan waktu
tempuh pelaksanaan tugas, realisasi anggaran, dan pencapaian sasaran tugas. Hal
itulah yang menentukan pencapaian sasaran proyek secara keseluruhan.
Manajemen proyek yang baik turut menentukan keberhasilan perusahaan dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengakhiri proyek. Manajemen proyek yang baik
juga harus dapat mengenali apakah suatu proyek dapat memberikan keuntungan atau
tidak. Keuntungan tidak hanya diukur dari jumlah uang yang diterima dikurangi
jumlah uang yang harus dikeluarkan (biaya) tetapi juga diukur dari jumlah usaha
dan waktu yang harus dikeluarkan serta tingkat kepuasaan pelanggan dalam
menggunakan sistem tersebut.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
yaitu untuk memberikan wawasan mengenai managemen online bisnis, mengetahui
tujuan proyek online bisnis serta mengetahui tahapan pelaksanaan proyek online
bisnis.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
Manajemen
merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan
kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi
(perusahaan) yang telah ditentukan (Soeharto, 2001:21). Proyek merupakan suatu
usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan produk atau layanan yang unik
(Schwalbe, 2006:4). Manajemen proyek merupakan kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumberdaya organisasi
perusahaan untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu dengan sumber daya
tertentu (Budi Santosa, 2003:3).
Setiap
proyek mempunyai batasan yang berbeda terhadap ruang lingkup, waktu, biaya,
yang biasanya disebut sebagai triple
constraint (Tiga Kendala). Setiap proyek manajer harus memperhatikan hal
penting dalam manajemen proyek. Pertama, ruang lingkup (scope): Apa yang ingin dicapai dalam proyek? Produk atau layanan
apa yang pelanggan harapkan dari proyek tersebut? Kedua, waktu (time): Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek? Bagaimana jadwal kegiatan proyek akan
dilaksanakan? Ketiga, biaya (cost):
Berapa biaya yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan proyek?
Ketiga
batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan
kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak maka umumnya harus diikuti
dengan meningkatkan mutu yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi
anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya maka biasanya harus berkompromi
dengan mutu dan jadwal. Menurut Schwalbe (Schwalbe, 2006:72-73), pengembangan
manajemen proyek terdiri dari lima tahap. Pertama, Inisiasi. Inisiasi merupakan
proses mengenal dan memulai sebuah proyek baru atau fase proyek. Menurut
Schwalbe (2006:72), tindakan yang harus dilakukan manajer proyek dan manajemen
senior dalam inisiasi proyek adalah sebagai berikut: Dengan cepat menentukan
sebuah tim proyek yang kuat; Mendapatkan keterlibatan pemegang saham di dalam
awal proyek; Menyiapkan analisis lebih detail dari masalah bisnis dan
mengembangkan teknik perbandingan proyek; Menggunakan pendekatan fase per fase;
Menyiapkan rencana yang berguna dan realistis untuk proyek.
Kedua,
Perencanaan. Perencanaan merupakan proses yang paling sulit dan tidak
diperhatikan dalam manajemen proyek. Tujuan utama perencanaan proyek adalah
sebagai panduan dalam pelaksanaan proyek. Untuk itu, rencana yang dibuat harus
realistis dan berguna. Ketiga, Eksekusi. Eksekusi proyek melibatkan pengambilan
tindakan yang perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa aktivitas di dalam rencana
proyek terselesaikan dengan baik. Produk dari proyek dihasilkan selama eksekusi
proyek dan biasanya memakan banyak sumber daya untuk diselesaikan. Keluaran
yang paling penting adalah hasil kerja atau pengiriman produk. Keempat,
Pengontrolan. Pengontrolan merupakan proses untuk membandingkan kemajuan proyek
dengan objektif proyek, pengawasan penyimpangan dari rencana, dan mengambil
tindakan korektif untuk menyesuaikan kemajuan dengan rencana. Kelima,
Penutupan. Proses penutupan proyek meliputi kegiatan untuk mendapatkan penerimaan
pemegang saham dan pelanggan dari produk akhir dan proyek atau fase proyek,
untuk pemesanan akhir. Hal itu meliputi verifikasi terhadap semua pekerjaan
yang sudah diselesaikan dan menyangkut audit proyek.
Menurut Soeharto (Soeharto,
2001:471), Pinto dan Slevin pada tahun 1988 telah menyelidiki lebih dari 400
proyek, dan menemukan CSF yang berikut ini berdasarkan urutannya. Pertama, Misi
Proyek. Harus memiliki tujuan dan arah yang jelas mengenai proyek diadakan. Hal
tersebut harus dimengerti oleh tim proyek dan bidang yang terkait di dalam
perusahaan serta stakeholders yang
memiliki peranan penting. Kedua, Dukungan dari Manajemen Atas. Dukungan dapat
diberikan dalam bentuk penyediaan sumber daya yang diperlukan, memberikan
otoritas yang cukup untuk pelaksanaan implementasi, mengikuti dan memperhatikan
beberapa aspek kritis proyek, serta turun tangan dalam penyelesaiannya. Ketiga,
Perencanaan dan penjadwalan. Proyek harus memiliki perencanaan dan jadwal
secara keseluruhan seperti milestone (suatu
kegiatan penting dalam proyek dengan durasi = 0), jadwal penyerahan produk yang
dibuat, dan lain-lain. Dalam hal ini termasuk sistem pelaporan dan monitoring yang efektif untuk
mendeteksi kemungkinan adanya penyimpangan. Keempat, Konsultasi Dengan Pemilik
Proyek. Konsultasi dengan pemilik proyek dari waktu ke waktu selama
penyelenggaraan proyek akan sangat memperlancar pelaksanaan tahap implementasi
sejauh mana keinginan peranan pemilik. Kelima, Personel. Berhubungan dengan
memilih, melakukan negosiasi, merekrut, serta pembinaan tim kerja yang efektif.
Dengan kata lain, personel berhubungan dengan orang-orang yang cocok ditugaskan
ke dalam tim proyek.
Keenam, Kemampuan Teknis. Pelaksana
proyek harus memiliki kemampuan teknis dan menguasai betul-betul teknologi proyek
yang akan dikerjakan. Ketujuh, Penerimaan dari pihak pemilik proyek. Pemilik
proyek, terutama pada akhir tahap implementasi ikut aktif melakukan testing uji coba dan sertifikasi
(pemilik proyek menerima produk yang dihasilkan tersebut). Kedelapan, Pemantauan,
pengendalian, dan feedback.
Diperlukan guna mengetahui sejauh mana hasil pelaksanaan dibandingkan dengan
perencanaan, terutama anggaran. Disini diperlukan metode yang dapat meramalkan
hasil kegiatan akhir proyek bilamana kondisi seperti saat pelaporan tidak
berubah. Dengan demikian, dapat diadakan koreksi sesuai keperluan. Kesembilan,
komunikasi. Terbinanya komunikasi yang baik antara peserta proyek (tim proyek)
dan stakeholders yang terkait
diperlukan untuk mencegah duplikasi kegiatan maupun salah pengertian. Dengan
komunikasi yang baik akan dapat dibicarakan persoalan yang timbul selama proses
implementasi. Kesepuluh, Trouble
Shooting. Mekanisme itu membantu memperkirakan persoalan yang akan
terjadi di kemudian hari sehingga jauh sebelumnya sudah diberikan perhatian
yang seksama (menangani krisis dan hambatan yang terjadi).
Banyak proyek perangkat lunak
mengalami kegagalan karena spesifikasi desain atau waktu dan perkiraan biaya.
Kebanyakan permasalahan proyek tidaklah nyata, bahkan sampai akhir proyek
tersebut. Lyytinen dan Hirschheim mengidentifikasi empat kategori utama
kegagalan proyek perangkat lunak. Pertama, kegagalan penyesuaian: kegagalan
sistem pada
sasaran desain. Hal itu adalah suatu kegagalan teknis dalam pengkodean pada
komputer. Kedua, kegagalan proses: kegagalan penyelesaian suatu proyek dengan
tepat waktu dan sesuai dengan anggaran. Sistem bekerja secara teknis tetapi
tidak ekonomis dan tidak sesuai dengan perencanaan bisnis. Ketiga, kegagalan
interaksi: terjadi ketika suatu sistem tidaklah digunakan sesuai dengan
rencana. Interaksi antara tim proyek dengan user tidak berjalan dengan sistematis dan efektif. Keempat,
kegagalan harapan: terjadi ketika sistem tidak dapat memenuhi syarat yang
diharapkan. Sistem mungkin akan menampilkan secara teknis, sesuai dengan waktu
maupun anggaran tetapi mungkin tidak dapat melakukan tugas manajemen.
Menurut Budi Santosa (Budi Santosa, 2004:7), secara
garis besar proyek memiliki empat tahapan berikut. Pertama, Tahap Konsepsi.
Tahap menyusun dan merumuskan gagasan, menganalisis pendahuluan, dan melakukan
studi kelayakan. Kedua, Tahap Pendefinisian. Tahap kegiatan penyiapan rencana
proyek secara detail dan penentuan spesifikasi proyek secara rinci. Ketiga,
Tahap Akuisisi. Tahap kegiatan yang terdiri dari desain, pengadaan fasilitas
pendukung maupun material untuk tahap selanjutnya, produksi, dan implementasi.
Keempat, Tahap Operasi. Tahap akhir suatu proyek dan proyek diserahkan kepada user. Tahap itu terjadi tergantung
pada jenis proyek.
Menurut Schwalbe (Schwalbe, 2006:10), Sembilan area pengetahuan manajemen
memiliki fungsi yang saling terkait satu sama lainnya di dalam area pengetahuan
manajemen tersebut. Manajer proyek harus mempunyai pengetahuan dan keahlian di
dalam sembilan area ini.
Empat inti area pengetahuan manajemen proyek meliputi manajemen lingkup
proyek, waktu, biaya, dan manajemen kualitas. Pengetahuan manajemen itu dapat
membantu manajer proyek untuk menentukan sumber daya manusia, komunikasi,
risiko, dan manajemen pengadaan proyek.
Sembilan area manajemen proyek sebagai berikut.
Pertama, Manajemen Ruang Lingkup Proyek. Menurut Schwalbe (Schwalbe,
2006:167-189), ruang lingkup proyek mencakup semua proses yang terlibat dalam
pendefinisian dan pengaturan mengenai segala sesuatu yang termasuk atau tidak
di dalam proyek. Hal itu untuk meyakinkan bahwa tim proyek dan stakeholders mempunyai pengertian
yang sama mengenai produk yang akan diproduksi sebagai hasil proyek dan proses
yang akan digunakan dalam memproduksi proyek tersebut. Lima proses utama dalam
manajemen ruang lingkup proyek adalah Perencanaan Ruang Lingkup (Scope Planning); Definisi ruang
lingkup (scope definition);
Membuat Work Breakdown Structure (WBS);
Verifikasi Ruang Lingkup (Scope
Verification); Pengendalian Ruang Lingkup (Scope Control).
Kedua, Manajemen Waktu Proyek. Menurut Scwalbe (Schwalbe, 2006:203-231),
Manajemen Waktu Proyek meliputi perkiraan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan perkerjaan, mengembangkan jadwal penerimaan proyek, dan
memastikan penyelesaian proyek tepat pada waktunya. Terdapat enam proses utama
dakam manajemen waktu proyek yang terdiri dari: Definisi Aktivitas (Activity Defintion); Barisan
aktivitas (Activity Sequencing);
Aktivitas Perkiraan Durasi (Activity
Duration Estimating); Pengembangan Jadwal (Schedule Development); Pengendalian Jadwal (Schedule Control).
Ketiga, Manajemen Biaya Proyek. Menurut Schwalbe (Schwalbe,
2006:251-257), Project Cost Management
terdiri dari aktivitas persiapan dan pengaturan anggaran untuk proyek. Manajemen
biaya proyek melibatkan proses yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa proyek
terselesaikan dengan anggaran yang dianjurkan. Seorang manajer proyek harus
dapat meyakinkan bahwa proyek sudah didefinisikan dengan baik, mempunyai
perkiraan waktu dan harga yang akurat, dan mempunyai anggaran yang realistis
dan tim proyek terlibat dalam hal penganjuran tersebut. Proses yang terlibat
dalam manajemen biaya proyek adalah perkiraan biaya (Cost Estimating) dan enganggaran biaya (Cost Budgeting).
Keempat, Manajemen Kualitas Proyek. Menurut Schwalbe
(Schwalbe, 2006:293-294), tujuan utama manajemen kualitas proyek adalah
menyakinkan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang akan diambil. Tim proyek
harus mengembangkan hubungan yang baik dengan stakeholders kunci, khususnya pelanggan utama proyek tersebut
untuk mengerti kualitas yang ada di dalamnya. Jika stakeholders proyek tersebut tidak puas dengan kualitas
manajemen proyek atau hasil produk suatu proyek maka tim proyek harus
membetulkan ruang lingkup, waktu, dan biaya untuk memenuhi kebutuhan stakeholders dan harapannya. Oleh
karena itu, tim proyek harus mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan
sesama stakeholders dan
mengerti kebutuhan mereka. Proses yang terlibat dalam manajemen kualitas proyek
adalah perencanaan kualitas (Quality
Planning), meyakinkan kualitas (Quality
Assurance), dan pengontrolan kualitas (Quality Control).
Kelima, Manajemen Sumber Daya Manusia Proyek. Menurut Schwalbe
(2006:345-346), Manajemen sumber daya manusia proyek melibatkan proses yang
dibutuhkan untuk melakukan efektivitas dari penggunaan orang yang terlibat
dengan proyek. Manajemen sumber daya manusia menyangkut semua stakeholders proyek, seperti sponsor,
pelanggan, anggota tim proyek, staf pendukung, para penjual yang mendukung
proyek, dan lain–lain. Proyek utama yang terlibat dalam manajemen sumber daya
manusia proyek adalah perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Planning), perekrutan tim proyek (Acquiring the Project Team),
pengembangan tim proyek (Developing
The Project Team), dan pengaturan tim proyek (Managing The Project Team).
Keenam, Manajemen Komunikasi Proyek. Menurut Schwalbe (2006:388), tujuan
manajemen komunikasi proyek adalah untuk meyakinkan waktu dan turunan yang
benar, pengumpulan, penyebaran, penyimpanan, dan penempatan dari informasi
proyek. Proses utama dalam manajemen komunikasi proyek adalah perencanaan
komunikasi.
Ketujuh, Manajemen Risiko Proyek. Menurut Schawlbe
(2006:425-429), Manajemen risiko proyek merupakan seni dan ilmu
pengindentifikasian, penganalisaan, dan penanggapan terhadap risiko melalui
siklus hidup proyek dan berpatokan pada tercapainya tujuan proyek. Tujuan
manajemen risiko proyek dapat dipandang sebagai peminimalan risiko negatif
potensial dan pemaksimalan risiko positif potensial. Menurut Pressman
(2003:146-149), risiko selalu melibatkan dua karakteristik, yaitu
ketidakpastian (Uncertainty)
dan kerugian (Loss).
Kedelapan, Manajemen Pengadaan Proyek. Menurut
Schwalbe (2006 :467-471), Pengadaan (procurement)
proyek mempunyai arti mendapatkan barang atau jasa dari sumber daya luar.
Manajemen pengadaan proyek itu sendiri meliputi proses yang dibutuhkan untuk
mendapatkan barang atau jasa untuk proyek dari luar. Enam proses utama dalam
manajemen pengadaan proyek adalah merencanakan pembelian dan perolehan (Planning, Purchases and Acquisitions),
merencanakan kontrak (Planning
Contracting), meminta tanggapan penjual (Requestng Seller Responses), memilih penjual (Selecting Seller), mengatur kontrak (Administering The Contract), dan
menutup kontrak (Closing the Contract).
Kesembilan, Manajemen Integrasi Proyek. Menurut Schwalbe (2006:116-117),
Manajemen integrasi proyek meliputi proses yang terlibat di dalam
mengkoordinasi semua area pengetahuan manajemen proyek lain melalui daur hidup
proyek. Hal itu untuk meyakinkan bahwa semua elemen proyek digunakan bersama
pada waktu yang tepat untuk menyukseskan suatu proyek. Tujuh proses utama dalam
manajemen integrasi proyek adalah mengembangkan Project Charter, membangun preliminary project scope statement, membangun perencanaan
manajemen proyek, mengarahkan dan mengatur eksekusi proyek secara langsung,
memantau dan mengendalikan kerja proyek, menampilkan pengontrolan perubahan
yang terigentrasi, dan menutup proyek.
BAB 3
PEMBAHASAN
Tujuan bisnis pembuatan proyek Online bisnis adalah menyediakan suatu fasilitas bagi pengguna
untuk melakukan transaksi bisnis, seperti transaksi jual, transaksi beli,
pembatalan, monitoring status order jual beli secara realtime, pengecekan portofolio, menampilkan
history transaksi, dan monitoring transaksi secara realtime. Dengan melakukan
pengembangan sistem itu diharapkan dapat mengurangi kesalahan yang akan terjadi
pada saat melakukan eksekusi jual maupun beli
Dalam pengembangan proyek Online bisnis yang akan dilaksanakan, perusahaan harus
menentukan posisi Project Leader yang
umumnya ditempati oleh manajer departemen IT perusahaan. Pra-perencanaan dan
pengumpulan data proyek yang diperlukan, dilakukan mulai dari perusahaan
beralih kepemimpinan. Setelah pra-perencanaan dan pengumpulan data proyek telah
selesai, dilakukan perencanaan oleh Project
Leader kemudian langsung membentuk tim proyek yang dibagi menjadi empat
bagian, yaitu bagian server side,
client side, database/network, dan analysis/design. Setelah membentuk tim proyek,
Project Leader langsung
melakukan pembagian tugas kepada masing-masing bagian dalam tim proyek.
Sistem Informasi Online bisnis dibuat untuk memenuhi
beberapa kebutuhan perusahaan. Perpindahan sistem tradisional menjadi
terkomputerisasi dan terintegrasi akan menimbulkan perubahan baru yang antara
lain meliputi pergantian sistem baru mengakibatkan penambahan perangkat lunak
dan perangkat keras agar dapat disesuaikan dengan sistem baru yang merupakan
tanggung jawab perusahaan, penambahan infrastruktur jaringan untuk mendukung Online bisnis, dan perubahan terhadap
strategi bisnis yang disebabkan oleh pergantian sistem tradisional ke komputerisasi.
Kebutuhan layanan yang dibutuhkan dalam Online bisnis adalah sebagai berikut:
Dapat mempermudah dalam memantau atau memonitor transaksi secara realtime; Dapat mempermudah dalam
melakukan eksekusi jual maupun beli, perubahan (amend), pembatalan (withdraw),
dan pemantauan (monitoring)
status order jual beli secara realtime; Dapat mempermudah nasabah
dalam memantau maupun mengecek statement
atau portofolionya; Dapat mempermudah nasabah dalam memantau terhadap history transaksi.
Dalam
pengembangan proyek Online bisnis terdapat
beberapa faktor kunci kesuksesan proyek tersebut yang terdiri dari, pertama,
Misi Proyek. Tujuan bisnis pembuatan proyek Online bisnis adalah menyediakan suatu fasilitas bagi nasabah
untuk eksekusi jual, eksekusi beli, perubahan transaksi, pembatalan dan monitoring status order jual beli secara realtime, pengecekan portofolio,
menampilkan history transaksi,
dan monitoring transaksi secara
realtime. Kedua, Dukungan dari
Manajemen Atas. Pada pelaksanaan proyek Online
bisnis terdapat dukungan dari Manajemen Atas berupa penyediaan sumber
daya yang diperlukan, memberikan otoritas yang cukup untuk pelaksanaan
implementasi, mengikuti dan memperhatikan beberapa aspek kritis proyek.
Ketiga,
Perencanaan dan Penjadwalan. Proyek Online
bisnis memiliki perencanaan dan jadwal secara keseluruhan, jadwal
pengerjaan proyek yang dibuat, menggunakan Gantt Chart, WBS (Work
Breakdown Structure), dan CPM (Critical
Path Method). Dalam hal ini, termasuk sistem pelaporan dan monitoring yang efektif untuk
mendeteksi kemungkinan adanya penyimpangan. Keempat, Personel dan Kemampuan
Teknis. Pada pelaksanakan proyek dilakukan pemilihan personel, negosiasi,
merekrut, serta pembinaan tim kerja yang efektif yang memiliki kemampuan teknis
dan menguasai teknologi proyek yang akan dikerjakan. Kelima, Pemantauan,
Pengendalian, dan Feedback.
Pada proses ini dilakukan pemantauan, pengendalian, dan feedback selama proyek berjalan guna mengetahui sejauh mana
hasil pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, terutama anggaran. Dengan
demikian, dapat diadakan koreksi sesuai keperluan.
Dalam
Proyek Online , aktivitasnya
dibagi menjadi beberapa kegiatan utama dan sebagian kegiatan utama tersebut
memiliki kegiatan pendukung. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
Pertama, Planning. Pada tahap
ini perusahaan melakukan perencanaan dan pengumpulan data yang diperlukan untuk
proyek. Kedua, Initiation. Pada
tahap ini pihak perusahaan menyediakan seluruh hardware yang dibutuhkan dan menyiapkan hardware tersebut untuk dapat mendukung pembuatan proyek Online, seperti menyediakan server, networking device, module
package, dan software.
Ketiga, Design. Pada tahap ini
dilakukan perancangan dan desain terhadap fitur yang diinginkan oleh
perusahaan. Desain terdiri dari: Global Desain; Desain Client, seperti main form, market information screen, portofolio, order screen, chart screen, news
screen, ticker, report; Desain Server,
seperti load balancing, client
management, price dissemination, tick server, news server, chart server, report
server.
Keempat, Coding.
Pada tahap ini dilakukan pembuatan coding pada desain yang sudah ada. Tahap itu terdiri dari: Coding Client, seperti main form, market information screen, portofolio, order
screen, chart screen, news screen, ticker, report; Coding Server,
seperti load balancing, client
management, price dissemination, tick server, news server, chart server, report
server. Kelima, Testing. Pada
tahap ini dilakukan pengujian terhadap fitur yang telah dibuat, apakah telah
berjalan sebagaimana mestinya dan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya,
seperti internal testing dan external testing. Keenam, Implementation. Pada tahap ini
dilakukan peng-install-an hasil
pembuatan proyek. Selain itu, juga dilakukan pelatihan kepada bagian Client dan bagian Server.
Dari pembahasan tersebut, dapat diperkirakan beberapa
risiko yang mungkin terjadi dalam pembuatan dan pelaksanaan proyek, diantaranya
sebagai berikut. Pertama, mundurnya waktu pengerjaan proyek. Waktu yang
dibutuhkan dalam pengerjaan proyek dapat semakin panjang apabila waktu
pengerjaan coding sering
terjadi error dan tim proyek
yang mengerjakan coding kurang
memahami proses bisnis. Kedua, membengkaknya biaya proyek. Membengkaknya biaya
proyek dapat disebabkan oleh adanya anggota tim pengerjaan proyek yang
mengundurkan diri atau adanya penambahan requirement
selama pengembangan proyek sedang berlangsung. Ketiga, keterlambatan
penerimaan hardware.
Keterlambatan penerimaan hardware dapat
disebabkan oleh ketidaktepatan waktu pengiriman dari supplier atau hardware yang
dipesan tidak semua dimiliki oleh supplier
sehingga supplier harus
melakukan pemesanan ke distributor terlebih dahulu yang menyebabkan
keterlambatan pengiriman hardware dari
waktu yang telah disepakati. Keempat, terjadinya keterlambatan pemasangan communication line dari pihak vendor.
Dari
identifikasi risiko yang telah diuraikan, solusi yang dapat disarankan adalah
selalu melakukan pengetesan terhadap setiap modul coding yang telah diselesaikan; Project Leader memberikan pengarahan mengenai proses bisnis yang
ada; Membuat perjanjian kontrak kerja dengan tim kerja proyek; Memaparkan semua
kendala yang ada selama pengerjaan proyek dan mencari solusi bersama saat progress meeting; Melakukan
perjanjian dengan bagian pihak supplier
mengenai tanggal pengiriman hardware
dan beberapa hari sebelum tanggal pengiriman melakukan konfirmasi ulang
tanggal pengirimannya; Mencari alternatif dari supplier lain yang memiliki hardware yang diperlukan; Meminta konfirmasi kepada vendor mengenai jadwal pemasangan communication line.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini
antara lain :
1.
Tujuan bisnis pembuatan
proyek Online bisnis adalah
menyediakan suatu fasilitas bagi pengguna untuk melakukan transaksi bisnis,
seperti transaksi jual, transaksi beli, pembatalan, monitoring status order
jual beli secara realtime, pengecekan
portofolio, menampilkan history transaksi,
dan monitoring transaksi secara
realtime.
2.
Dalam
pelaksanaan proyek Online bisnis terdapat
enam tahapan yang terdiri dari Planning,
Initiation, Design, Coding, Testing, Implementation.
3.
Komposisi dari tim
proyek Online bisnis terdiri
dari Project Leader, Server Side, Client Side, Database/Network,
Analysis/Design.
4. Pengendalian
terhadap proyek Online bisnis harus
dilakukan secara berkesinambungan untuk menjaga keberhasilan implementasi
proyek.
5.
Dengan melakukan
pengembangan sistem itu diharapkan dapat mengurangi kesalahan yang akan terjadi
pada saat melakukan eksekusi jual maupun beli
4.2.
Saran
Diharapkan agar pembaca bisa membuat
managemen proyek dalam bidang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N. and Vijay
Govindarajan. 2007. Management Control Systems. International Edition.
Edisi-12. New York: McGraw – Hill.
Gray, Clifford F. and Erik W.
Lanson. 2000) Project Management: The Managerial Process International
Edition. New York: McGraw – Hill.
Nicholas, John. M. 2001. Project
Management for Business and Technology. New Jersey: Prentice Hall.
Olson, David. L. 2003. Introduction
to Information System Project Management. New York: McGraw-Hill.
Pressman, Roger S. 2003. Software
Engineering: A Practitioners Approach. New York: McGraw-Hill.
Rakos, John J. 1990. Software
Project Management for Small to Medium Sized Projects. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Robbins, Stephen P. and Mary
Coulter. 2005. Management. Edisi ke-8. New Jersey: Pearson Prentice
Hall.
Santoso, Budi. 2003. Manajemen
Proyek. Jakarta: Guna Widya.
Schwalbe, Kathy. 2006. Information
Technology Project Managemen. Edisi ke-4. Boston Massachusetts: Couerse
Technology.
Soeharto,
Iman. 2001. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional.
Jilid
2. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar