Jakarta 2047,
Disudut ruang kamarnya lagi –
lagi tampak sosok Mawar yang sedang berfikir jauh dalam lamunan.
“Hari ini tepat 2 tahun kepergianmu, semua perkataanmu terakhir aku
anggap adalah sesuatu yang jujur, dan aku telah menerimanya. Semua yang kau
katakan benar dan tidak ada satu perkataanpun yang kutolak. Terimakasih telah
membuka mataku selama ini. Terimakasih untuk belas kasihanmu kemarin itu tapi
sayangnya kau tahu aku tak pernah butuh itu, aku tak pernah mau dikasihani,
jelas saja itu bukan aku. Aku layak diberi cinta dan kasih dan tak pernah butuh
belas kasihanmu.
Terimakasih telah menghakimiku, berkat penilaian – penilaian buruk
darimu itu aku tumbuh menjadi seseorang yang jauh – jauh lebih kuat, jauh lebih
tegar dan jauh lebih sabar. Tak perduli sedikitpun aku tentang penilaianmu itu
terhadapku, karena yang tahu siapa aku yang sebenar – benarnya hanyalah
Tuhanku. Tak perlu aku balas semua penilaian itu karena aku bukanlah dirimu.
Allah menciptakanmu sebagai manusia bukan untuk menghakimi orang lain, jadilah
da’i (penyeru) bukan hakim manusia.
Jika saat ini kau masih berpikir aku masih menginginkanmu, masih
mengharapkanmu, masih mendoakanmu kau salah besar, aku tak lagi menginginkan
orang sepertimu.
Aku sudah bahagia sekarang , tak perlu kau kasihani aku lagi.
Aku sudah ditemukan oleh seseorang, yang seperti doamu dulu sebelum
pergi meninggalkan aku, seseorang yang akan benar – benar menyayangiku dengan
tulus, yang benar – benar mencintaiku, yang benar – benar akan menjagaku.
Kini aku telah ditemukannya, seseorang yang mencintai aku sebesar
cintaku kepadamu dulu bahkan jauh lebih besar
Aku telah bahagia sekarang, tak perlu lagi kau kasihani aku.
Kesalahanmu telah kumaafkan, sayatan luka olehmu telah tersembuhkan. Tak
perlu lagi merasa bersalah karena meninggalkan aku, tak perlu lagi kau kasihani
keadaanku.
Hujan deras dikelopak mataku tak akan pernah lagi memanggil namamu.
Didalam doaku namamu telah tergantikan oleh nama yang baru.
Aku sudah bahagia sekarang. Terimakasih telah memutuskan untuk pergi .
Caramu menyakitiku kemarin, adalah cara Allah mempertemukan aku dengannya hari
ini. “
Dua tahun setelah kepergian laki –
laki itu, Mawar kusuma akhirnya memutuskan untuk bertaaruf dengan seorang laki
- laki pilihan gurunda tercinta. Sejak
saat itu rona kebahagian diwajahnya kembali menyelimuti hari – harinya. Jatuh
bangun kepahitan yang dulu – dulu telah Allah gantikan. Ibu Anita sangat
bersyukur akhirnya Mawar menemukan seseorang yang sangatlah tepat untuk
hidupnya.
Pernikahan pun digelar tak lama setelah
mereka taaruf, akhirnya Mawar Kusuma dapat merasakan kebahagiaan atas ketaatannya
kepada sang pencipta. Mereka hidup bahagia sampai ke syurga. MasyaAllah ^_^
_the end_
Satu pesan dariku untuk teman –
teman yang barangkali merasakan hal serupa dengan Mawar,
Barangkali benar,
Tidak semua pertanyaan itu disertai dengan jawabannya,
Barangkali benar, tidak semua kisah ada penutupan yang indah seperti
dibuku – buku cerita.
Namun
Semoga kebahagiaan itu hadir dari ruang yang lain. Semoga kabar baik
hadir dalam wujud yang tak pernah kita bayangkan .
Semoga tenang segera datang dan senang jadi teman melanjutkan cerita
kalian.