Hampir semua orang yang datang dan pergi didalam hidupku meninggalkan kesan yang baik, seperti ayahku Ia meninggalkanku tepatnya pada tanggal 26 september 2014 silam. Sehari sebelum ayah menghadap Sang Pencipta, Ia telah bersiap didepan pagar rumah untuk mengatarku pergi kuliah yang saat itu jaraknya 1 jam, cukup jauh lalau menurutku, apalagi Ayah ingin mengantarku dengan menggunakan motor bututnya (Supra-X keluaran lama).
"Nak ayo ayah antar pergi ke kampus", kata ayahku
"Ndak usah ayah kan jauh, mana ini sedang hujan gerimis, jalanan menuju Indralaya kan sangat jelek", Kataku
"Oh begitu, kamu yakin nak gamau dianter?"
"Iya ayah ayuk bisa pergi sendiri kan bus mahasiswa banyak, hhe"
"Oh yasudah hati-hatinya nak, jaga dirimu baik - baik *sambil tersenyum lepas"
"Siap bos!!!!"
Aku tak punya firasat apa - apa pada saat itu, namun aku merasa senyum ayahku berbeda, senyumnya sangat lepas, lebih hangat dari matahari yang bersinar saat itu dan menenangkan dari senyum-senyumnya yang sudah-sudah. Tapi aku tak menghiraukannya dan tetap berfikir positive, aku malah sangat bahagia sekali ayah punya niatan baik padaku saat itu.
Esok harinya tepat pada shubuh hari jumat kala itu, seisi rumah tersadar ayah yang biasanya bangun selalu lebih awal dibandingkan kami, ayah yang biasanya selalu bangun lebih dahulu dibandingkan dengan alarm di hanphonenya pada hari itu ternyata tidak terbangun dari tidurnya...
Aku sangat menyesal kala itu, karena posisinya aku sudah bangun sejak pukul 03.30 dini hari untuk belajar kebetulan pada hari itu aku sedang menghadapi UAS. Pada saat fokus belajar, aku mendengar suara lelaki sedang batuk 1 kali, dan pikirku saat itu adalah suara kakek tetangga sebelah yang memang sudah serik batuk - batuk karena sering merokok. Aku cuek saja dan melanjutkan belajar.
Aku menysal tidak mengecek kamar ayah dan ibuku saat itu. Ibuku juga tak mendengarkan suara apapun saat itu padahal ayah dan ibu satu kamar...
Allah, ayah diduga meninggal karena serangan jantung ketika sedang tertidur
Allah, ayah diduga meninggal karena serangan jantung ketika sedang tertidur
Ibuku langsung memanggilku kala itu, tapi tidak menangis dan panik sama sekali, beginilah perangai ibuku, beda sekali denganku yang cengeng ini.
"Ayuk, sini yukkk, Ayuk sini yukk, ayuk sini yuk liat ayahnyo nah" ibuku memanggil 3 kali
"Ada apa bu?" Sambil Berjalan ke kamar ayah dan ibuku dengan perasaan yang mulai tidak enak
"Ayah sudah pergi nak"
Aku langsung memeluk ayahku dan berteriak histeris "Ayah bohong kan ayah ndak boleh bercanda seperti ini, ayo bangun yahhh"
Mungkin hanya sampai disitu yang hanya bisa aku ceritakan, insyaAllah aku sudah ikhlas melepaskan ayahku pergi, InsyaAllah memang rencana Allah untuknya memang yang terbaik. Karena walaupun raga ayah sudah tak ada bagiku ia selalu disampingku. Aku sayang ayahku, hari esok dan nanti.
"Selalu ada alasan terbaik, kenapa sesuatu itu terjadi, meski sesak dan menangis" -Tere Liye
Inti dari tulisanku kali ini adalah ayah berhasil mengajarkan bahwa kepergian seharusnya meninggalkan kesan yang baik didalamnya. Ayah pergi dengan menyisakan seberkas bayangan senyum indahnya saat itu. Ayah meninggalkan kesan yang sangat-sangat baik didalam hidupku, tak pernah sekalipun ia marah yang berlebihan, kecewa dengan membandingkan aku dengan anak orang lain. Membesarkan dan merawatku dengan kasih sayang yang tidak terkira. Allah Aku bersyukur.
Membuat keberadaan orang - orang disekitar tidak nyaman. Membuat orang lain terluka dengan sikap dan kata - kata, itu pertanda buruknya akhlak. Kerasnya hati itu ditandai dengan sulitnya menerima nasihat. Merasa diri benar. Merasa diri lebih baik dari orang lain. Karena meski kita beribadah siang dan malam ketika kau lukai harga diri dan perasaan orang lain disekitarmu, dengan egomu, dengan ketidakdewasaanmu, maka pintu syurga belum akan terbuka untukmu *Self Reminder*
Tetaplah berbuat baik meski pada orang yang melukaimu, karena kita tidak tahu dari pintu mana kita diizinkan masuk syurga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar